Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi sejumlah wilayah perairan di Indonesia akan dihantam gelombang laut dengan kategori ekstrem, dengan ketinggian gelombang sekitar 2,5 hingga empat meter. BMKG bahkan memperkirakan puncak gelombang ekstrem terjadi selama seminggu ke depan.
"Diperkirakan gelombang ekstrem berikutnya, puncaknya akan terjadi pada 24 sampai 25 Juli mendatang," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati di Jakarta, Sabtu (21/7).
Karenanya dia mengimbau pada seluruh masyarakat, terutama yang berada di wilayah sekitar perairan, untuk waspada menghadapi fenomena ini. Menurutnya, wilayah yang berpeluang terjadi gelombang ekstrem adalah di Selatan Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.
Masuknya periode puncak musim kemarau pada Juli dan Agustus, menjadi penyebab terjadinya gelombang ekstrem ini. Pada bulan tersebut, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara juga mengalami puncak musim kemarau.
Dwikorita menjelaskan, hembusan angin dingin dan kering dari wilayah Australia juga menjadi salah satu penyebab. Angin kering tersebut, membuat potensi hujan minim dan kecepatan angin meningkat dari 35 sampai 50 kilometer per jam.
Saat ini juga terjadi kondisi tekanan udara tinggi yang bertahan di Samudera Hindia, tepatnya di sebelah barat Australia, atau disebut Mascarene High yang memicu gelombang tinggi di perairan selatan Indonesia.
Hal ini disebabkan kecepatan angin yang tinggi disekitar Mascarene High dan terjadinya alun yang dibangkitkan oleh Mascarene High tersebut dan itu menjalar hingga perairaan barat Sumatera, Selatan Jawa hingga Pulau Sumba.
"Bahkan kondisi tersebut akan berdampak pada peningkatan gelombang hingga enam meter di perairan selatan Jawa dan Nusa Tenggara," tambah dia.
Dwikorita memaparkan, di Arafuru dan perairan Jayapura gelombang ekstrem diperkirakan terjadi mulai 22 hingga 26 Juli, dengan ketinggian gelombang 2,5 hingga 4 meter atau sudah masuk kategori berbahaya.
Selain di Arafuru dan Jayapura, potensi yang sama diperkirakan akan juga terjadu di perairan Sabang, perairan Utara dan Barat Aceh, perairan barat Pulau Simeulue hingga Kepulauan Mentawai, barat Bengkulu hingga Kepulauan Enggano, perairan Barat Lampung, selat Sunda bagian selatan Jawa hingga Sumbawa, Selat Bali, Selat Lombok bagian selatan, dan perairan selatan Pulau Rote.
Pada 24 hingga 26 Juli, BMKG memprediksi gelombang akan lebih tinggi, hingga mencapai enam meter. Gelombang dengan kategori sangat berbahaya ini diperkirakan terjadi di perairan Barat Aceh, perairan Barat Pulau Simeulue hingga Kepulauan Mentawai, perairan barat Bengkulu hingga Lampung, Samudera Hindia barat Sumatera hingga perairan selatan Jawa hingga Sumba, Selat Bali, Selat Lombok Selat Alas bagian selatan, Samudera Hindia bagian selatan, Jawa hingga NTB.