Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai cuaca buruk angin kencang hingga banjir.
BMKG mencatat 62% wilayah Indonesia sudah memasuki musim hujan. Berdasarkan pemutakhiran data per 13 Desember 2018 itu, BMKG memprediksi beberapa wilayah akan mengalami curah hujan sangat tinggi selama 10 hari ke depan.
"Daerah yang diprediksikan mendapatkan akumulasi curah hujan sangat tinggi yaitu bagian barat Sumatra, pesisir barat mulai Aceh, Sumut, Sumbar, Jambi bagian barat, Sumsel bagian barat sampai Bengkulu, Bangka bagian utara, Belitung, Kalimantan Barat bagian barat, Sulawesi Selatan bagian selatan, sebagian Papua sekitar Pegunungan Jayawijaya," ujar Supervisor Sistim Peringatan Dini Iklim BMKG Kadarsah dalam keterangan tertulis yang diterima Alinea.id pada Kamis (13/12).
Untuk curah hujan tinggi akan dialami Sumbar, Riau bagian Tengah, Jambi bagian barat, Muko-muko, Pekanbaru, Kampar, Kerinci, Belitung, Cilacap, Semarang, Kapuas Hulu, Samarinda, Flores, Sorong, Nabire dan Mimika. Sementara, untuk curah hujan kategori rendah akan dialami Sumut bagian tengah, pesisir utara Jabar, DKI, Situbondo, Banyuwangi, sebagian besar Sulteng, Bombana, Kolaka, Ambon, Kairatu, dan Merauke.
Lebih lanjut, Deputi Bidang Klimatologi BMKG Herizal pun mengimbau wilayah-wilayah tersebut untuk mewaspadai potensi banjir pada titik rawan banjir masing-masing daerah terutama di sebagian besar Sumatra, Banten, sebagian Jawa Barat, sebagian Jawa Tengah, sebagian Kalimantan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, dan sebagian kecil Papua.
"Untuk peta potensi banjir 10 hari ke depan kini sudah disiapkan BMKG bekerja sama dengan Badan Informasi Geospasial (BIG) dan Dirjen Sumber Daya Air (DJSDA-PU)," ungkapnya.
Sejumlah pengendara melintasi banjir di Jalan Sudirman, Serang, Banten, Selasa (13/11/2018). Pihak BMKG merilis peringatan waspada banjir akibat hujan lebat dan cuaca ekstrim yang diprediksi berlangsung hingga 16 November mendatang. (Antara Foto).
Angin Baratan Monsun Asia
Hingga akhir Desember 2018, sebagain besar wilayah Indonesia akan didominasi sirkulasi monsun Angin Baratan. Sedangkan, dominasi angin timuran hanya akan terjadi di sebagain wilayah saja yakni mulai dari Sumatra bagian selatan, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.
Di selatan ekuator sendiri akan didominasi angin dari selatan. Pola siklonik terbentuk di perairan Sumatera bagian Barat dan perairan bagian barat Kalimantan Barat.
Wilayah pertemuan masa udara terdapat di perairan Kalimantan bagian Selatan, Sulawesi tenggara, Maluku, dan bagian utara Papua yang berpotensi untuk pembentukan awan-awan hujan.
Umumnya, daerah bagian barat Indonesia akan mendapatkan penambahan supply uap air karena aktifnya fase basah gelombang atmosfer MJO., sehingga awan-awan hujan lebih mudah terjadi.
Terkait fenomena global El Nino, Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) menyatakan bahwa kondisi El Nino telah terpenuhi dari sisi menghangatnya lautan Pasifik, namun interaksi antara lautan dengan atmosfer belum terjadi di antara keduanya. Pergerakan atmosfer belum menunjukkan situasi yang biasa terjadi pada kondisi El Nino.
Penghangatan suhu permukaan laut di Pasifik tengah dan timur telah mengindikasikan El Nino Lemah yaitu >0,5-1,0℃. Sementara itu, Samudera Hindia pada bulan akhir November 2018 menunjukkan kondisi dipole mode positif.
Perairan Indonesia sendiri dinilai akan tetap berada dalam kondisi normal, dengan pendinginan atau penghangatan suhu permukaan laut antara 0,5 s/d 1°C dari rata-rata normalnya.
Suhu muka laut mendingin terjadi di sekitar selatan Bali sampai Nusa Tenggara Barat, dan selat Makasar. Sedangkan, wilayah dengan suhu permukaan laut lebih hangat terdapat di perairan barat sekitar Sumatera bagian utara, Laut Timor, Laut Seram dan Laut Maluku.