Badan Nasional Penanggulangan Bencana atau BNPB menyatakan telah terjadi 3.622 bencana di Indonesia sepanjang 2019. Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Agus Wibowo mengatakan, jumlah tersebut mengalami penurunan 10% ketimbang bencana yang terjadi pada 2018.
Namun demikian, jumlah korban akibat bencana yang terjadi mengalami penurunan sebesar 88,1%. "Hal itu karena di tahun 2018 ada gempa bumi di NTB yang mengakibatkan dampak cukup parah," ucap Agus di Graha BNPB, Jakarta, Selasa (17/12).
Dia menjelaskan, bencana yang terjadi pada 2019 didominasi oleh bencana hidrometeorologi. Terdiri dari 1.282 puting beliung, 744 kebakaran hutan dan lahan atau karhutla, 734 banjir, dan 685 tanah longsor.
"Hingga 16 Desember, kebanyakan bencana hidrometeorologi, yaitu sebanyak 3.586 kejadian atau 99%. Sisanya, 36 kejadian atau hanya 1% adalah bencana geologi," kata Agus
Akibat bencana tersebut, total 475 orang meninggal dunia dan 583 orang lainnya menghilang. Selain itu terdapat 3.408 orang luka dan enam juta orang harus mengungsi.
Namun dibanding 2018, menurut Agus, angka tersebut mengalami penurunan. Hal tersebut dikarenakan sepanjang 2019 tidak banyak bencana geologi seperti gempa, tsunami, dan likuifaksi yang besar, seperti yang terjadi pada 2018.
"Ada 29 gempa bumi yang merusak, tapi enggak ada yang besar, yang besar hanya di Maluku, Ternate 7,1 SR tanggal 14 November, korbannya juga enggak terlalu banyak," ujar Agus.
Dari data BNPB, juga diketahui provinsi yang mengalami bencana terbanyak sepanjang 2019 adalah Jawa Tengah dengan 859 kejadian, Jawa Barat 672 kejadian, dan Jawa Timur dengan582 bencana.
“Kabupaten yang sering terjadi bencana di Kabupaten Bogor, Semarang, Magelang, Majalengka, dan Sukabumi,” ujar Agus.
Agus mengatakan BNPB telah menggunakan pagu dana siap pakai untuk penanggulangan bencana sebesar Rp7,188 triliun. Dari total dana siap pakai tersebut, paling banyak digunakan untuk penanganan kebakaran hutan dan lahan, yaitu Rp3,8 triliun.