Korban tsunami di kawasan Selat Sunda terus bertambah. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho seperti dikutip TV One mengatakan hingga Minggu (23/12), total korban meninggal mencapai 168 orang, dan 745 orang luka-luka.
Akibat tsunami, hotel dan rumah-rumah roboh. Menurut Sutopo, tsunami terjadi lantaran longsor di bawah laut. "Saat ini masih dilakukan kajian oleh BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika) dan Badan Geologi terkait longsor bawah laut tersebut," ujar Sutopo saat konferensi pers di Yogyakarta, Minggu (23/12).
Sementara itu di tempat berbeda, PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) memberikan konfirmasi hingga saat ini dilaporkan 14 peserta gathering PLN diketahui meninggal dunia terdampak dari tsunami Selat Sunda. Peserta family gathering merupakan rangkaian acara dari Unit Induk Transmisi Jawa Bagian Barat yang menjadi korban bencana Tsunami di Tanjung Lesung pada Sabtu malam (22/12).
Hingga pukul 11.00 WIB, korban selamat berjumlah 157 orang, termasuk korban luka berat. Korban meninggal 14 orang, dan korban terdata namun belum ditemukan atau belum bisa dihubungi sebanyak 89 orang. Total keseluruhan peserta gathering sebanyak 260 orang.
"Kami masih terus mendata dan melakukan upaya pencarian korban, kami mohon doanya agar seluruh korban bisa segera ditemukan dalam kondisi selamat," kata Executive Vice President Corporate Communication and CSR PLN I Made Suprateka.
PLN juga telah mengirimkan 36 ambulance untuk membantu proses evakuasi di lokasi bencana.
Terkait kondisi kelistrikan pasca bencana, saat ini PLN melakukan proses penormalan listrik dengan melakukan perbaikan gardu serta investigasi jaringan. Terdapat 146 gardu yang berhasil dinyalakan, sementara gardu yang masih padam yakni 102 gardu. Selain itu, terdapat 20 tiang SUTM Roboh akibat diterjang Tsunami. (Ant)