Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Suhardi Alius mengaku mengalami kesulitan untuk mengakses lokasi eks kombatan Islamic State of Iraq and Syria atau ISIS asal Indonesia. Hal itu menjadi kendala dalam verifikasi yang sedang dilakukan.
"Kami sudah ke sana, (tetapi) enggak bisa masuk. Kami sudah sampai ke Turki, sampai ke Damaskus (Suriah), tetapi enggak bisa masuk," kata Suhardi, di Jakarta, Selasa (10/3).
Meski demikian, Suhardi menegaskan terus melakukan proses verifikasi, karena data tentang eks ISIS asal Indonesia masih bersifat informasi.
"Itu masih data informasi. Dari sekian ratus yang teridentifikasi, kami belum benar-benar yakin. Kami juga belum tahu di mana posisi mereka," ujar dia.
Lantaran tidak mempunyai akses, BNPT lebih mengandalkan kolega di sana, seperti Palang Merah Internasional dan beberapa lembaga asing lainnya yang memiliki akses.
Pengecekan di lokasi diperlukan sebagai bagian verifikasi dalam menentukan apakah eks ISIS tersebut benar atau tidak berasal dari Indonesia.
Pada Jumat (28/2), Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD, mengatakan eks ISIS asal Indonesia bertambah.
"Dulu jumlahnya 689 (orang), kemudian bertambah 15, tetapi kemudian yang lima itu sudah tercakup di 689, sehingga menjadi 699," kata Mahfud, di kantornya, Jakarta Pusat.
Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi ini meminta agar dimaklumi perubahan data tersebut. Musababnya, eks ISIS asal Indonesia acapkali lari saat hendak ditemui.