Aktivitas Gunung Merapi, yang terletak di perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah (Jateng), masing menunjukkan fase erupsi yang intensif pada Rabu (17/2). Aktivitas tersebut berlangsung sejak 4 Januari 2021.
"Begitu mulai munculnya kubah lava yang memasuki fase erupsi pada tanggal 4 Januari 2021, jumlah guguran mulai meningkat dengan signifikan," ujar Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), Hanik Humaida, saat telekonferensi dan disiarkan via YouTube BPPTKG Channel, Jumat (19/2).
Berdasarkan pengamatan, jumlah guguran saat ini cenderung tinggi dengan jarak jangkau maksimal 2 km dengan rata-rata sekitar 1 km. Kemudian pada 27 Januari, jarak awan panas maksimum 3 km.
Jika dilihat aktivitas guguran internalnya dan deformasi, lanjut Hanik, aktivitas seismik internalnya menurun atau sangat rendah lantaran tidak adanya suplai magma dari dalam. "Artinya, yang keluar adalah magma dangkal, yang mana kemarin muncul ke permukaan."
Adapun keadaan kubah dalam kawah, merujuk data per 17 Febuari, volumenya sebesar 426.358 m3. Nilai itu lebih besar dari barat daya.
"Tanggal 4 Febuari 2021, kita sampaikan, bahwa kita bisa lihat dari sisi tenggara. Namun, setelah itu kita belum pernah melakukan pemantauan kubah yang ada di tengah karena terkendala cuaca," jelasnya.
Kemudian aktivitas kubah dalam kawah per tanggal 17 Febuari, apabila dilihat dari morfologi barat daya, volumenya mencapai 398.000 m3 dengan laju pertumbuhan 25.000 m3 per hari.
"Di sini secara umum, baik yang di tengah maupun di barat daya, kubah lava ini pertumbuhan rata-ratanya adalah 10 km per hari dan itu termasuk pertumbuhan kubah lava terkecil untuk ukuran Gunung Merapi," Jelas dr. Hanik
Merujuk keadaan sintesa aktivitas vulkanik saat ini, terang Hanik, erupsi sudah terjadi dan magma keluar sehingga terjadi pelepasan tekanan yang tadinya mengarah ke barat. Selain itu, pemantauan seismik, deformasi, dan gas menurun.
Dengan demikian, tidak ada tekanan magma berlebih yang mencerminkan tambahan suplai magma. Intensitas erupsi terhitung masih rendah dan juga jarak awan panas yang masih cukup jauh dari permukiman dengan jarak 6,5 km.
Selanjutnya, aktivitas erupsi berupa guguran lava dan awan panas sejauh maksimal 3.500 m dengan rata-rata
kurang dari 1.000 m. Tak hanya itu, potensi bahaya sekarang berupa guguran lava dan awan panas pada sektor Sungai Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih sejauh maksimal 5 km.
Jika terjadi letusan eksplosif, lontaran material vulkanik dapat menjangkau sejauh maksimal 3 km dari puncak. Meski demikian, daerah di luar potensi daerah bahaya kini sudah kondusif untuk beraktivitas sehari-hari dan diharapkan berlangsung seterusnya.