Pada satu kesempatan, Brigadir Yosua atau Brigadir J menodongkan senjata ke foto Ferdy Sambo. Hal itu diketahui dari kesaksian Aide de camp (ADC) atau ajudan Ferdy Sambo, Adzan Romer, dalam persidangan pembunuhan Brigadir J di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan (PN Jaksel), Selasa (8/11).
Romer mengatakan, momen itu terjadi saat dirinya tengah berada di posko para ajudan Ferdy Sambo. Posko itu berlokasi tidak jauh dari rumah dinas Sambo di Komplek Perumahan Polri Duren Tiga, Pancoran, Jakarta Selatan.
Saat dirinya tengah berbincang dengan sopir Sambo, Bharada Sadam, yang sedang membersihkan senjata laras panjang Steyr. Brigadir J pun menghampiri keduanya.
“Coba sini senjatanya,” kata Brigadir J saat itu.
Senjata itu diberikan kepada Brigadir J yang kemudian langsung mengokang laras panjang tersebut dan melepas magazinenya.
“Terus dia mengarahkan senjata ke arah foto Bapak Ferdy Sambo,” ujar Romer dalam persidangan.
Romer langsung menegur tindakan Briagdir J. Tidak berhenti, Brigadir J justru menyuruh Sadam untuk mengulangi perbuatannya.
“Adik jangan main-main senjata itu ada isinya,” ucap Romer kepada Brigadir J.
“Tenang saja bang, saya juga paham senjata,” tutur Brigadir J sembari dikokang kembali dan mengeluarkan bulir timah panas itu.
Romer juga bersaksi, Putri Candrawathi sempat menangis setelah Brigadir J ditembak, bahkan teriakannya pun terdengar meski tidak melihatnya. Brigadir J sudah tergeletak di dekat tangga.
Ia hanya melihat Bharada Richard Eliezer, Bripka Ricky Rizal, Ferdy Sambo, dan Kuat Ma'ruf. Sementara, karena pintu kamar terbuka, Putri dianggap melihat peristiwa penembakan tersebut.
"Dari mana Saudara tahu Putri di kamar?" tanya hakim.
"Terdengar suara ibu menangis," kata Romer.
"Kalau Saudara dengar, kamar terbuka apa tertutup?" tanya hakim.
"Terbuka. Kamar ibu lurus dengan tangga," jawab Romer.
"Artinya ketika korban tertembak bisa terlihat dari kamar ibu?" timpal hakim.
"Kalau pintunya terbuka bisa Yang Mulia. Dan posisinya lurus," jelas Romer.
Romer menyebut, suara tembakan yang ia dengar saat itu berasal dari luar rumah. Dengar cekatan, Romer yang saat itu berada di garasi rumah langsung berlari ke depan. Romer mengaku kala itu dia mendengar sebenyak tiga kali letupan senjata.