Menteri Riset dan Teknologi atau Menristek Bambang PS Brodjonegoro mengatakan paparan radiasi radioaktif Cesium 137 di Perumahan Batan Indah, Setu, Tangerang Selatan, tidak berasal dari reaktor nuklir yang berada di kawasan Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi atau Puspiptek Serpong. Menurutnya, saat ini paparan radiasi di area tanah kosong samping lapangan voli blok J Perumahan Batan Indah, juga telah mengalami penurunan signifikan.
"Kontaminasi bahan radioaktif di lahan kosong ini bukan sebagai akibat dari kebocoran fasilitas reaktor nuklir yang memang ada di kompleks Puspiptek Serpong," kata Bambang dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (18/2).
Menurutnya, Badan Tenaga Nuklir Nasional atau Batan telah menangani pengoperasian kompleks reaktor nuklir di kawasan Puspiptek dengan baik dan sesuai prosedur. Karena itu, Bambang menyebut kecil kemungkinan terjadi kebocoran pada reaktor nuklir.
"Prosedur dari staf atau pegawai Batan yang bekerja di wilayah kompleks reaktor sudah berjalan dengan baik, sehingga potensi kebocoran atau penyalahgunaan relatif sudah tidak mungkin karena proses pengawasan, pengecekan, dan monitoring, di kompleks reaktor sudah sangat baik," ujarnya.
Karena itu, kata Bambang, saat ini Polri dan Badan Pengawas Tenaga Nuklir atau Bapeten, menyelidiki pelaku yang membuang Cesium 137 di kawasan tersebut.
Kepala Bapeten Jazi Eko Istiyanto mengatakan, ada sembilan detektor yang dipasang di kawasan Puspiptek, Serpong. Pemasangan detektor dilakukan untuk memantau keamanan reaktor nuklir di kawasan tersebut.
Menurutnya, detektor tersebut akan memberikan notifikasi jika ada masalah. Dengan demikian, keamanan fasilitas reaktor nuklir tersebut tetap terjamin.
"Dari terminal komputer di meja saya, saya bisa memonitor operating condition reaktor di Batan sehingga kalau ada apa-apa, misalnya suhu terlalu tinggi atau apa-apa, kita bisa langsung lihat dan langsung kirim notifikasi ke Batan," kata Jazi menjelaskan.
Saat ini, paparan radiasi dipastikan telah mengalami penurunan secara signifikan. Saat pertama kali ditemukan, paparan radiasi di area tanah kosong itu berada di angka 200 mikrosievert (mikroSv) per jam.
Setelah serpihan sumber Cesium 137 diangkut oleh Batan, angka radiasi berada pada 130 mikroSv per jam. Adapun saat pengukurang Senin (17/2) sore, paparan radiasi menjadi 28 mikroSv per jam.
Selain karena sumber radiasi yang telah diangkut, penurunan juga disebabkan proses dekontaminasi yang dilakukan dengan mengangkut tanah dan pohon yang terkontaminasi.
Kepala Batan Anhar Riza Antariksawan mengatakan, pihaknya mengumpulkan 107 drum berisi tanah dan tanaman yang terkontaminasi. Menurutnya, upaya dekontaminasi yang dilakukan telah mempersempit lokasi paparan radiasi dari 100 meter persegi menjadi 30 meter persegi.
"Kita lakukan dekontaminasi dan ini sudah menurunkan tingkat paparan. Sekarang di pinggir-pinggir lokasi, kecuali hotspot, sudah bisa digunakan untuk aktivitas oleh warga. Tidak membahayakan," kata Anhar. (Ant)