close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Wakil Ketua DPR RI Abdul Muhaimin Iskandar. Foto: dpr.go.id/Jaka/Man
icon caption
Wakil Ketua DPR RI Abdul Muhaimin Iskandar. Foto: dpr.go.id/Jaka/Man
Nasional
Minggu, 01 Agustus 2021 15:50

Cak Imin sebut Farma Plus belum jangkau seluruh masyarakat

Farma Plus semula dikembangkan dengan jejaring apotek untuk memudahkan masyarakat dalam melihat ketersediaan obat.
swipe

 

Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar menyebut, informasi ketersediaan obat melalui Farma Plus Kementerian Kesehatan, belum menyentuh seluruh masyarakat.

Farma Plus semula dikembangkan dengan jejaring apotek sampai ke seluruh Indonesia sekaligus untuk memudahkan masyarakat dalam melihat ketersediaan obat di apotek. Namun, praktiknya, masih belum mampu menjangkau masyarakat di daerah pedesaan karena apotek tak sepenuhnya ada di setiap desa.

"Kemenkes harus memastikan distribusi obat tidak hanya melalui apotek, tapi sampai puskesmas di desa-desa sehingga masyarakat tidak mengalami kesusahan saat membutuhkan obat," kata Cak Imin dalam keterangannya, Minggu (1/8).

Keberadaan apotek yang masih belum merata, menjadi salah satu sebab lemahnya distribusi dan informasi ketersediaan obat bagi masyarakat yang membutuhkan, terutama terkait obat Covid-19.

"Apotek sebagian besar terkonsentrasi di kota-kota besar dan didominasi oleh jaringan apotek nasional yang cabangnya belum menjangkau kota-kota lapis kedua. Terutama di luar Jawa," ungkap Ketua Umum PKB ini.

Oleh sebab itu, Wakil Ketua DPR RI ini, mengatakan sebaiknya distribusi obat-obatan yang dilakukan Kemenkes selama ini tidak hanya mengandalkan apotek. Melainkan juga perlu melibatkan puskesmas.

"Saya kira enggak cukup kalau hanya mengandalkan apotek, coba gandeng juga Puskesmas. Kita tahu fasilitas kesehatan ini adalah garda terdepan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, khususnya di luar kota-kota besar," jelasnya.

Senada dengan itu, Komisioner Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Ukay Karyadi menyebut, perlu ada perbaikan terkait platform Farma Plus. Menurut Ukay, frekuensi pembaruan informasi yang dilakukan oleh Kemenkes untuk laman itu masih terbilang rendah lantaran hanya sekali dalam sehari.

"Sebaiknya, informasi yang ditampilkan bersifat waktu nyata (real time) agar masyarakat tidak dirugikan. Orang melihat di situs itu ada (stok), tetapi ketika didatangi apoteknya ternyata tidak ada. Seharusnya bisa real time seperti stok obat-obatan di (platform) ojek online atau setidaknya tiga kali sehari dilakukan update, jangan hanya sehari satu kali setiap sore," katanya.

img
Marselinus Gual
Reporter
img
Hermansah
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan