close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi balapan liar. Alinea.id/Aisya Kurnia
icon caption
Ilustrasi balapan liar. Alinea.id/Aisya Kurnia
Nasional
Sabtu, 12 Februari 2022 15:30

Candu judi di lintasan balap liar ibu kota

Tak lagi jadi ajang menyalurkan bakat, balap liar kini kerap hanya dihelat untuk memfasilitasi penjudi.
swipe

Suara deru mesin motor membahana di sebuah bengkel kecil di Jalan Semanan Raya, Kalideres, Jakarta Barat. Asap knalpot mengepul, bau oli menguar. Di salah satu sudut bengkel, sejumlah mekanik terlihat sibuk menggarap mesin sebuah motor racing

Sayuni, salah satu satu mekanik bengkel itu, mengungkapkan ia dan rekan-rekannya tengah sibuk menyiapkan mesin motor balap andalan mereka. Soalnya, ada tantangan dari bengkel lain untuk beradu kecepatan di ajang balap liar. 

"Dia (bengkel lawan) gengsi karena kemarin abis kalah sama bengkel kita. Logikanya dia punya amunisi baru dan udah tahu kita kayak apa. Makanya, dia berani nantang lagi. Nah, kita juga enggak mau ngeremehin. Motor kami setting ulang," ucap Sayuni kepada Alinea.id, Senin (7/2) sore itu. 

Adu cepat itu, kata Sayuni, rencananya bakal dihelat di sepanjang Jalan Raya Puri Kencana, Jakarta Barat. Tetapi, kedua bengkel belum sepakat soal waktu balapan. "Taruhannya kami di angka Rp5 juta sampai Rp10 juta," ujar Sayuni. 

Menurut Sayuni, mempersiapkan balap liar tak mudah. Selain memastikan kesiapan penantang dan waktu balapan, "panitia" balapan juga harus memastikan jalur balapan steril dan aktivitas mereka tak diintervensi polisi. 

"Kami itu ngemel (sogok) polisi sebelum main. Sekali main itu Rp200 ribu. Tapi, kadang polisi lain rese karena polisi lain itu enggak kami kasih. Akhirnya, kami kena razia," ucap mekanik berusia 27 tahun tersebut. 

Sayuni mengaku sudah cukup lama berkecimpung menjadi mekanik balap liar. Selain karena hobi taruhan, Sayuni juga tertantang bikin motor yang bisa berlari kencang. Bersama rekan-rekannya, ia juga rutin nongkrong. 

"Awalnya, saya mekanik bengkel biasa. Tapi, pas diajak main drag racing, jadi ketagihan... Bisa dibilang saya hidup dari dunia motor. Soalnya, biar kadang ada kecot (konflik) atau segala macam, teman kita tambah," ujar Sayuni. 

Mekanik seperti Sayuni biasanya memperoleh jatah 15% dari uang taruhan. Tapi, itu bila sang joki pebalap menang. Adrenalin saat menanti jagoannya menang itulah yang bikin Sayuni kecanduan. "Kalau menang, bawaannya puas aja hati," imbuh dia. 

Sesuai namanya, balapan liar ilegal di ibu kota. Belakangan, Polda Metro Jaya berupaya memberangus balap liar dengan menggelar ajang street race di sirkuit resmi. Balapan perdana digelar di Sirkuit Ancol, Jakarta Utara, pertengahan Januari lalu. 

Meski begitu, Sayuni mengaku ia dan timnya tak tertarik ikut balapan yang disponsori Polda Metro Jaya. Selain tak bisa taruhan, menurut Sayuni, balapan di sirkuit resmi tergolong mahal. Model balapan itu dianggap lebih cocok untuk bengkel-bengkel besar yang punya motor bermesin 2- tak. 

"Dan, mereka kalau taruhan juga besar. Bisa ratusan juta mereka sekali main. Jadi, mereka itu balap liar, tapi secara kelas beda sama kami yang cuma modal motor Mio modifan. Kami yang bengkel kecil dan modal enggak seberapa, ya, di jalanan aja sama ngemel polisi," tutur Sayuni. 

Sayuni mengakui balapan di jalan raya berbahaya dan bisa berujung petaka. Suatu ketika, joki pebalap dari bengkel dia bahkan meninggal karena tabrakan. Namun, Sayuni mengaku sulit untuk lepas dari kecanduan.

"Kalau boleh jujur, unsur taruhan yang bikin saya suka balap liar. Niatnya buat taruhan, bukan buat ajang cari prestasi," cetus Sayuni.

Meski lazimnya digelar tengah malam atau menjelang dini hari, balap liar tak sepi penonton. Warga setempat biasanya memenuhi lintasan balapan. Para penonton itu juga biasanya ikut-ikutan bertaruh untuk joki andalan mereka. 

Itu setidaknya diakui Rino, warga Pedongkelan, Jakarta Barat. Ditemui sedang nongkrong di Jalan Puri Kencana, Jakarta Barat, Sabtu (12/2) malam, Rino mengaku sedang menanti balapan liar dihelat. 

Saban akhir pekan, jalanan yang paralel dengan jalur tol Kebun Jeruk itu memang kerap dijadikan trek adu cepat motor. "Karena di dua hari itu (Sabtu dan Minggu) saya waktu libur kerja. Kalau jokinya bagus, saya mau sampingan (taruhan)," ucap Rino kepada Alinea.id.

Rino mengaku hanya berani taruhan jika joki yang ia jagokan turun balapan. Sekali bertaruh, ia biasanya mengeluarkan kocek sebesar Rp200 ribu hingga Rp 500 ribu. "Tapi kadang enggak ada yang ngelepas (balapan). Kalau lagi ada, saya pasti main sampingan," kata dia.  

Ilustrasi pebalap amatir. /Foto Pixabay

Pergesaran orientasi 

Praktisi otomotif Angga Kurniawan menilai terjadi pergeseran orientasi pada para pelaku balap liar di era kiwari. Menurut Angga, mayoritas ajang balap liar di ibu kota kini dihelat untuk sekadar memfasilitasi para penjudi. 

"Kalau dekade 2000-an, sampai 2006 bahkan mungkin 2010, itu orang balap liar karena memang tidak tersalurkan untuk balapan. Mereka memang ingin melatih kemampuan. Nah, sekarang itu semua lebih ke taruhan," ucap Angga kepada Alinea.id di Jakarta, belum lama ini.

Angga kini berkecimpung di dunia motor adventure. Sebelumnya, pemilik bengkel Anjany Racing itu bertahun-tahun menggandrungi dunia balap motor, termasuk di antaranya jadi penikmat ajang balap liar pada awal milenia. 

Menurut Angga, ajang balap liar awalnya digelar untuk kalangan awam yang serius ingin terjun jadi pebalap profesional. Namun, seiring waktu, ajang-ajang tersebut disertai taruhan. Belakangan, pebalap-pebalap serius pun mulai tak tertarik lagi ikut balap liar. 

Tak hanya bengkel-bengkel kecil, menurut Angga, bengkel-bengkel besar juga kini hobi berjudi. Karena itu, ia pesimistis ajang street race yang digelar Polda Metro Jaya bakal bisa memberangus balapan-balapan liar yang rutin digelar di jalan umum.

"Kalau Polda Metro Jaya itu kan enggak boleh taruhan yang di Ancol. Padahal, mereka bengkel-bengkel yang diundang Polda Metro Jaya itu taruhan mainnya, bukan prestasi. Mereka enggan mikirin prestasi. Joki balap liar disuruh resmi mana mau. Enggak ada duitnya," terang dia. 

Ajang balap jalanan legal kali pertama diumumkan Polda Metro Jaya pada Desember 2021. Ajang itu dikonsep sebagai kegiatan musiman. Setelah di Ancol, Polda Metro Jaya berencana menggelar street race di sejumlah ruas jalan di Serpong, Depok, dan Bekasi. 

Menurut Angga, model street race yang dirancang Polda Metro Jaya tak menarik bagi pelaku balap liar. Ia mengusulkan agar kepolisian mencontoh upaya pemerintah Thailand mengatasi aktivitas balap liar yang juga marak di negara tersebut. 

"Di sana (Thailand), jalurnya disediakan. Mereka tinggal gunakan. Jadi, enggak kucing-kucingan sama aparat. Kalau di sini, enggak begitu sepertinya. Balap liar bakal tetep ada. Soalnya sebatas event doang, mereka enggak begitu tertarik," kata Angga.

Ilustrasi pebalap jalanan. /Foto Unsplash

Digelar berseri 

Dirlantas Polda Metro Jaya Kombes Pol Sambodo Purnomo Yogo mengatakan street race digelar untuk memfasilitasi para pebalap menyalurkan bakatnya namun tak punya trek resmi yang bisa dipakai. Ia meyakini banyak pelaku balap liar yang bakal beralih ke sirkuit resmi. 

"Tidak semua bengkel itu kon mau taruhan. Banyak sekali bengkel yang mau ikut balapan resmi," kata Sambodo saat dihubungi Alinea.id di Jakarta, Kamis (10/2).

Sambodo mengakui belum semua bengkel pebalap liar yang dirangkul Polda Metro Jaya untuk beralih ke sirkuit balapan legal. Ia pun masih terus menampung masukan dari komunitas pebalap. "Ya, ini kan baru pertama. Pelan-pelan kita rangkul dan libatkan semua komunitas," imbuhnya. 

Sambodo membantah street race hanya ajang seremonial. Untuk tahap awal, ajang balap legal itu bakal digelar secara berseri di Bumi Serpong Damai, Cikarang, Meikarta, Bekasi, dan Ancol. 

Saat ini, lima sirkuit itu tengah dibenahi sembari menunggu angka kasus harian positif Covid-19 melandai.  "Street race sementara ini ditunda dulu karena jumlah (kasus harian) Covid-19 lagi tinggi," kata Sambodo.

Infografik Alinea.id/Aisya Kurnia

Aji Wijaya, mekanik dari bengkel Tekno Turner, menyambut baik ide Polda Metro Jaya melegalkan balap liar. Meski begitu, ia mengakui perhelatan adu cepat di sirkuit resmi terasa sedikit hambar lantaran tanpa disertai taruhan. 

"Tapi, mau gimana lagi? Polda Metro Jaya sudah merintah enggak boleh taruhan. Kalau bicara kenyamanan, jujur lebih nyaman di Ancol walaupun kondisi aspal belum bisa dikatakan layak karena bergelombang," kata Aji kepada Alinea.id, Senin (7/2).

Tekno Turner merupakan salah satu bengkel yang diajak Polda Metro Jaya meramaikan ajang street race perdana di Ancol. Bengkel itu sudah punya pamor di dunia balap liar dan biasanya mengandalkan motor Ninja 2-tak di trek. 

Menurut Aji, biaya ngetrek di Ancol terbilang murah. Satu joki, misalnya, hanya harus mengeluarkan Rp105 ribu untuk bisa ikut balapan. Keuntungan lainnya ajang itu juga bisa dijadikan panggung pameran motor "bikinan" Tekno Turner dan bengkel-bengkel lainnya. 

"Tapi, untuk fasilitas belum begitu bagus. Biarpun tidak diperbolehkan taruhan, ya, enggak ada salahnya (street race Polda Metro Jaya) dilanjutin lebih serius," kata Aji. 

img
Kudus Purnomo Wahidin
Reporter
img
Christian D Simbolon
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan