Indonesia dianggap selalu belakangan dalam merespons isu Covid-19. Bahkan, deteksi dini Covid-19 di Eropa jauh lebih bagus daripada Indonesia. Di sisi lain capaian vaksinasi Covid-19 di Indonesia masih dominan di wilayah Jawa dan Bali sehingga perlu ditingkatkan agar merata.
Selain itu, meski total vaksinasi lanjut usia (lansia) meningkat, tetapi capaian vaksinasi dosis kedua masih terbilang rendah. Epidemiolog dari Griffith University Dicky Budiman, Australia, menilai kondisi ini masih rawan karena proteksi untuk lansia hanya bertahan kurang dari 6 bulan.
Di negara maju seperti Korea Selatan, jelasnya, memberikan suntikan dosis ketiga (booster) terhadap lansia tanpa menunggu 6 bulan. Bahkan, negara maju mendefinisikan vaksinasi Covid-19 lengkap jika sudah disuntik tiga dosis.
Dicky mengingatkan, penanganan kesehatan masyarakat bukan hanya terkait Covid-19. Namun, masih banyak masalah kesehatan lainnya yang perlu ditangani. Ironisnya, penanganan Covid-19 hingga saat ini belum memadai.
Maka, sambungnya, strategi penanganan Covid-19 di Indonesia harus mempertimbangkan aspek kehati-hatian dalam pencegahan, bukan pengobatan. Ini sebagaimana pencegahan lebih baik daripada mengobati.
“Bukan berarti penyakit lain menghilang saat pandemi, bukan berarti tidak ada masalah kesehatan lain KLB (kejadian luar biasa), penyakit tidak menular meningkat sekali, karena penyakit komorbiditas banyaknya penyakit tidak menular, seperti diabetes, kurang aktivitas (akibat Covid-19) ya repot, ini rumit memang,” ucapnya dalam Forum Alinea.id ‘Bersiaga Gelombang Ketiga’, Selasa (23/11).
Menurutnya, sejauh ini belum ada rumus jitu dalam penanganan Covid-19. Namun, bukan berarti tidak ada alat sama sekali untuk pengendalian pandemi Covid-19, yakni melalui penanganan yang mengkombinasikan obat, vaksin, pembatasan sosial, 3M (memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan), dan 3T (testing, tracing, treatment).
Sebelumnya, PT Bio Farma (Persero) memulai melakukan uji klinik vaksin Covid-19 sebagai booster atau dosis ketiga pada awal 2022. Uji ini akan menggaet perusahaan Sinovac.
"Untuk penelitian dari Bio Farma sendiri, terkait vaksinasi booster memang baru akan dilakukan di Januari 2022. kami akan kerja sama dengan Sinovac untuk melakukan studi efikasi dosis booster dengan center uji klinik Unpad (Universitas Padjajaran)," ujar Kabag Ops Pelayanan PT Bio Farma Erwin Setiawan dalam diskusi virtual, Jumat (12/11).
Uji klinik dilakukan untuk mengetahui efikasi vaksinasi booster dalam memberikan perlindungan terhadap infeksi Covid-19. "Dari pihak Sinovac sendiri sudah melakukan studi efikasi terkait dengan dosis booster, dan hasilnya memang cukup baik, terjadi peningkatan yang signifikan dari penyuntikan booster vaksin Sinovac," tutur Erwin.