close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi perempuan pelaku bom bunuh diri. Alinea.id/Oky Diaz
icon caption
Ilustrasi perempuan pelaku bom bunuh diri. Alinea.id/Oky Diaz
Nasional
Kamis, 09 September 2021 14:49

CDS: Perempuan jadi teroris karena ajakan suami

Perempuan tidak hanya menjadi simpatisan tetapi kini sudah menjadi bagian dari perencana aksi teror.
swipe

Peneliti Center for Detention Studies (CDS) Clianta de Santo mengungkap, perempuan lebih banyak melakukan teror melalui suami atau keluarga yang merupakan pelaku teror.

Dari hasil penelitian yang dilakukan menggunakan data dalam database, Clianta memaparkan, telah terjadi perubahan peran perempuan dalam kasus terorisme. Di mana perempuan tidak hanya menjadi simpatisan tetapi kini sudah menjadi bagian dari perencana aksi teror.

Perubahan ini disebabkan adanya motivasi kuat dari suami, yang mana juga merupakan pelaku teror. Clianta memberikan beberapa contoh perempuan terkait peran dan motivasinya yang bisa mempengaruhi untuk melakukan aksi teror, seperti Dian Yulia Novi dan Pudji Astuti.

“Dia (Dian Yulia Novi) ingin menebus kesalahan orangtuanya yang berobat pada dukun, jadi lebih ke kepercayaan, ia kemudian menikahi Nur Solihin, dan walaupun Nur Solihin ini yang memang merencanakan seluruh aksi pengeboman, tapi Dian Yulia Novi dari awal memang ingin sekali untuk melakukan bom bunuh diri” jelasnya dalam keterangan daring, Rabu (9/9).

Ia juga memaparkan Pudji Astuti, salah satu pelaku bom bunuh diri pada tiga gereja di Surabaya, memiliki peran untuk meradikalisasi anak-anaknya. Sementara itu, Pudji Astuti sendiri diradikalisasi oleh suaminya.

Secara lebih spesifik, Clienta menjelaskan terdapat beberapa pola yang memotivasi perempuan untuk melakukan aksi teror, antara lain balas dendam, kepercayaan, kesulitan finansial, kebutuhan akan ikatan sosial, dan efek kekeluargaan. Kemudian, ia menyebutkan jika perempuan cenderung mendapat motivasi dari ajakan suami untuk mengikuti kelompok teroris.

“Dari putusan yang kami kumpulkan, banyak narapidana terorisme laki-laki yang ikut dalam kajian karena diajak, sedangkan untuk perempuan ini biasanya karena ajakan suami,” papar Clienta.

Clienta juga menujukan data terkait peran yang dimiliki perempuan dalam aksi terorisme. Ia berhasil mengumpulkan sepuluh perempuan pelaku aksi teror untuk ditelaah pola perannya. Enam di antaranya berperan sebagai simpatisan. Mereka berperan untuk menjaga logistik dalam aksi teror yang dilakukan oleh laki-laki. Sedangkan sisanya, sudah berperan sebagai prajurit untuk merencanakan aksi teror. 

img
Zulfikar Hardiansyah
Reporter
img
Hermansah
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan