close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi pasukan komando cadangan militer. Alinea.id/M.T Fadillah
icon caption
Ilustrasi pasukan komando cadangan militer. Alinea.id/M.T Fadillah
Nasional
Minggu, 17 Oktober 2021 13:46

Cerita dari dalam barak komcad: "Dunia militer itu berbeda..."

Ada yang kehilangan minat, ada pula yang kian jatuh cinta terhadap dunia militer setelah bergabung dengan komcad.
swipe

Reza, 23 tahun, sebenarnya tak pernah tertarik dengan dunia militer. Namun, saat mendengar kabar rekrutmen komando cadangan (komcad) militer dibuka Kementerian Pertahanan (Kemenhan) beberapa bulan silam, Reza "tergelitik". Ia penasaran mengetahui seberapa keras hidup di barak. 

Tanpa pikir panjang, Reza mendaftarkan namanya. Ia lulus seleksi administrasi. Selama empat bulan, ia kemudian dilatih di Pusat Pendidikan dan Latihan Pasukan Khusus (Pusdiklatpassus) Komando Pasukan Khusus (Kopassus) di Batujajar, Jawa Barat. 

Pada 7 Oktober lalu, Reza turut jadi salah satu lulusan pertama komcad yang diresmikan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Ketika itu, total ada lebih dari 3.000 warga sipil yang resmi ditetapkan sebagai anggota komcad yang baru. 

"Saya jujur ikut komcad karena penasaran. Militer itu seperti apa sih? Disiplinnya seperti apa? Doktrinnya seperti apa? Sekeras apa dunia militer itu? Sejauh ini saya hanya dengar-dengar saja," kata Reza saat berbincang dengan Alinea.id, Senin (11/10). 

Di Pusdiklat Kopassus, Reza merasakan beratnya pelatihan jadi militer. Saban hari, ia harus sudah bangun sejak pukul 03.00 pagi. Hari-harinya di barak dihabiskan dengan berolahraga, belajar teori perang, dan praktik memegang senjata. 

"Pokoknya, semua dasar materi militer diberikan semua, seperti disiplin tempur, patroli, menembak, menguasai medan dan  bertahan hidup. Kami diajarkan bagaimana mengenal karakter musuh, caranya bertempur di medan tempur sesungguhnya," tutur Reza. 

Diakui Reza, metode pelatihan yang diberikan instruktur komcad tak enteng. Dalam salah satu menu pelatihan, ia dan rekan-rekannya pernah direndam di telaga selama setengah jam. Tujuannya supaya para calon anggota komcad merasakan situasi perang. "Sampai pulang ke barak basah-basahan," kata dia. 

Dua pekan setelah ia mondok di barak, Reza mengaku sempat stres berat. Ia pun sempat berpikir untuk berhenti mengikut pelatihan. "Karena kita baru, lalu masuk. Dunia militer itu berbeda. Kaget. Sempat mikir, 'Kok kayak gini kerasnya?' Tapi, mau gimana lagi? Udah nyebur. Ya, sudah. Kita lanjutin aja terus," kata dia. 

Menurut Reza, ia tak sendirian. Banyak teman satu angkatannya yang sempat merasa stres dan ingin pulang. Namun, mereka sepakat untuk memutuskan bertahan. "Saat kami drop itu, satu sama lain saling menguatkan untuk tetap lanjut terus," imbuhnya.

Selain soal materi, Reza pun mengaku sempat bosan dengan menu makanan yang disediakan pihak panitia. Menurut dia, menu makanan seolah tidak pernah berubah selama pelatihan."Sering banget ketemu telor sama sayur. Kadang bosen. Tapi, mau gimana lagi? Adanya itu. Ya, udah makan aja," ucap Reza.

Pengalaman hidup di barak berkesan bagi Reza. Ia mengaku disiplin militer yang diterapkan para instruktur membekas hingga kini. Yang paling sederhana, ia kini tak pernah bangun siang lagi. "Tadinya, kamar selalu berantakan. Tapi, sekarang rapi karena, saat pendidikan, namanya barak itu harus selalu rapi," ungkap dia. 

Jika suat saat dibutuhkan negara, Reza mengaku siap untuk dimobilisasi sebagai anggota komcad. Meski begitu, Reza mengaku tak berminat untuk berkecimpung di dunia militer. Saat ini, ia ingin menuntaskan kuliahnya di jurusan informasi dan teknologi (IT). "Saya sudah tahu bagaimana kerasnya dunia militer itu," ujar pemuda asal Tangerang, Banten itu. 

Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Menhan Prabowo Subianto meresmikan pasukan komcad pertama di Pusdiklat Kopassus, Batujajar, Jawa Barat, 7 Oktober 2021. /Foto Instagram @Prabowo

Merasakan hidup di barak

Pengalaman serupa juga diungkapkan Thomas--bukan nama sebenarnya. Berbeda dengan Reza, pemuda asal Pacitan, Jawa Timur, itu sejak awal tertarik dengan dunia militer. Sejak 2017, ia rutin ikut seleksi calon anggota Bintara TNI Angkatan Darat. 

"Tapi, sayangnya saya gagal terus sampai umur saya sekarang mau 23 tahun. Sehingga saat ada rekrutmen komcad, saya daftar. Bagi saya, ini kesempatan dan pengalaman," ujar Thomas kepada Alinea.id, Minggu (10/10). 

Thomas menjalani pelatihan sebagai calon angota komcad di Rindam V Brawijaya, Malang, Jawa Timur. Selain membiasakan diri dengan suasana barak, menurut Thomas, sebulan pertama lebih banyak dihabiskan ia dan rekan-rekannya untuk belajar teori di ruang kelas. 

"Jam 03.00 udah harus bangun. Terus jam 06.00, senam dan apel pagi. Terus lanjut materi sampai sore. Setelah itu (bulan pertama), banyak praktik di lapangan. Teori dalam sebulan itu kita praktikan dalam tiga bulan tersebut," ujar Thomas.

Menurut Thomas, pelatihan militer yang didapat anggota komcad tergolong berat. Jika dibandingkan dengan pelatihan calon prajurit prajurit TNI, sepengetahuan Thomas, menu latihan yang disiapkan untuk anggota komcad terkesan jauh lebih berat. 

"Yang diajarkan di Bintara dan Tamtama itu diajarkan di komcad. Tapi, jam belajarnya dipersingkat. Materinya banyak banget. Materi Tamtama yang seharusnya diajarkan berbulan-bulan disingkat jadi tiga bulan," ucap Thomas.

Di antara menu latihan lainnya, bagi Thomas, latihan menembak dan bertahan hidup di alam liar jadi yang paling berat. Suatu waktu, ia dan rekan-rekannya bahkan pernah menginap di hutan untuk merasakan vsuasana operasi militer. "Ini membutuhkan fisik yang prima," kata Thomas. 

Sebagaimana Reza, Thomas merasakan pelatihan militer yang ia jalani selama empat bulan di Rindam V Brawijaya punya pengaruh positif terhadap karakternya. Dalam kehidupan sehari-hari ia merasa lebih disiplin. 

"Ya, ini pengalaman luar biasa untuk kehidupan. Dari segi agama, kita dapat. Segi kenegaraan, dapat. Segi kepancasilaan, kita dapat juga. Bagaimana mencintai Tanah Air. Itu, yang menurut saya, luar biasa. Kayak mimpi juga dan membuka cakrawala baru," kata dia. 

Tak hanya itu, ia juga mengaku cenderung lebih peka terhadap beragam ancaman yang membahayakan negara. "Ancaman sekarang sudah sangat berkembang. Perang itu bisa berupa siber dan perang lainnya," ucap Thomas.

Meski telah resmi jadi anggota komcad, Thomas menyatakan berniat untuk berkarier di militer. Usai lulus kuliah, ia bahkan sudah punya rencana untuk mendaftar jadi perwira karier di TNI. Selagi menunggu mimpi itu terwujud, ia berjanji akan menjalankan kewajibannya sebagai anggota komcad. 

"Tugas kami menyosialisasikan kepada masyarakat soal kewajiban bela negara. Terus, kalau ada yang menganggu ketenteraman di masyarakat, kita bisa berkerja sama dengan Babinsa," kata Thomas menirukan pesan para instrukturnya saat pelatihan anggota komcad. 

Ilustrasi pelatihan komponen cadangan militer. /Foto Antara

Harus siap tempur

Motivasi serupa mendasari Elisa Agustino, 31 tahun, bergabung menjadi anggota komcad. Selain ingin tahu rasanya hidup di barak, pria asal Palangkaraya, Kalimantan Tengah, itu juga punya niat untuk berkontribusi menjaga pertahanan dan keamanan negara. 

"Anggota komcad sebagai warga negara harus berdampak positif di tengah masyarakat serta siap sedia ketika negara memanggil untuk membantu memperkuat TNI. Motivasi utama saya adalah panggilan hati dan saya ingin menggunakan hak saya untuk membela negara," ujar Elisa kepada Alinea.id, Rabu (13/10). 

Elisa merupakan lulusan pelatihan anggota komcad di Lembaga Pendidikan Bela Negara, Singkawang, Kalimantan Barat. Sehari-hari, Elisa berprofesi sebagai atlet dan pelatih di Persatuan Menembak dan Berburu Seluruh Indonesia (Perbakin). 

"Materi yang saya terima pada saat latsarmil (latihan dasar militer), menurut saya, luar biasa lengkap. Ada dua materi yang berkesan yang kami terima yang sebenarnya itu adalah materi umum bagi calon perwira atau akmil, yaitu manajemen dan kepemimpinan lapangan," ucap Elisa mengisahkan pengalamannya saat dilatih jadi calon anggota komcad. 

Selain menambah pengetahuannya, menurut Elisa, masa pelatihan sebagai calon anggota komcad turut mengubah karakternya. Selain lebih disiplin dalam menjalani keseharian, Elisa merasa pelatihan itu menjadikan dirinya sebagai orang yang "siap tempur". 

Karakter seperti itu, kata Elisa, lahir dari kesehariannya saat menjalani latsarmil tentang taktik, teknik, serta pelatihan untuk membentuk sikap dan perilaku militer. "Ketiga hal tersebut tertanam dalam diri kami yang kami bawa untuk mengemban tugas sebagai bagian dari komponen cadangan," kata dia. 

Infografik Alinea.id/Oky Diaz

Komcad merupakan mandat dari Undang-Undang (UU) Nomor 23 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional untuk Pertahanan Negara (PSDN). Dalam UU tersebut, disebutkan bahwa komcad dibentuk untuk mendukung dan memperkuat komponen utama dalam pertahanan negara, yakni TNI. 

Direkrut dari warga sipil, anggota komcad memiliki sejumlah hak yang melekat pada dirinya, semisal uang saku selama menjalani pelatihan, tunjangan operasi pada saat mobilisasi, perawatan kesehatan, pelindungan jaminan kecelakaan kerja dan jaminan kematian, serta penghargaan atas jasa-jasanya. 

Disebutkan, pengabdian anggota komcad akan berakhir jika telah menjalani masa pengabdian sampai dengan usia 48 tahun, sakit yang menyebabkan tidak dapat melanjutkan tugas, meninggal dunia, dan tidak ada kepastian atas dirinya setelah 6 bulan sejak dinyatakan hilang dalam tugas sebagai komcad. 

"Anggota komponen cadangan tetap berprofesi seperti biasa. Masa aktif komponen cadangan hanyalah pada saat mengikuti pelatihan dan pada saat mobilisasi, tetapi anggota komponen cadangan harus selalu siaga jika dipanggil negara," kata Jokowi saat meresmikan prajurit komcad pertama. 

img
Kudus Purnomo Wahidin
Reporter
img
Christian D Simbolon
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan