Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa enggan berkomentar soal adanya warga Kabupaten Ponorogo yang meninggalkan desa, untuk menghindari terjadinya hari kiamat. Khofifah mengaku masih mempelajari fenomena tersebut, untuk mengungkap latar belakang keputusan warga.
"Saya tidak berkomentar. Nanti setelah kami bertemu yang bersangkutan baru komentar. Kok sampai mereka percaya hal yang menurut saya agak kurang diterima untuk dipercaya," kata Khofifah di Gedung DPRD Jawa Timur, Kamis (14/3).
Menurutnya, fenomena serupa pernah terjadi pada 2012 silam. Saat itu, dunia dibuat heboh karena adanya ramalan dari suku Maya Kuno yang menyebut kiamat akan terjadi pada 21 Desember 2012.
Khofifah yang penasaran, bertolak ke Meksiko untuk mencari tahu penyebab munculnya fenomena tersebut.
"Saya datang. Apa yang bikin orang percaya, oh ternyata kalender mereka ternyata habisnya hingga 2012," kata Khofifah menuturkan.
Namun kasus di Ponorogo berbeda dengan ramalan Suku Maya. Karena itu, Khofifah menyikapinya dengan kearifan lokal.
Pemprov meminta Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kanwil Kemenag) Jatim, untuk segera turun melakukan pendekatan terhadap warga. Ini dilakukan guna mencari tahu penyebab warga Ponorogo mempercayai kiamat segera datang, dan dapat terhindar dari kiamat dengan meninggalkan kampung halamannya.
"Saya minta kepala kantor Kemenag Ponorogo dulu, untuk mengonfirmasi sebetulnya apa yang terjadi dengan kelompok ini," ucapnya.
Terdapat 16 Kepala Keluarga yang terdiri dari 52 orang, yang meninggalkan kediamannya di Desa Watubonang, Kecamatan Badegan, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, karena meyakini kiamat akan segera terjadi. Mereka pindah ke Kabupaten Malang untuk menghindari kiamat.
Beberapa warga bahkan menjual harta benda berupa rumah dan tanah, untuk pindah ke Kabupaten Malang tanpa pamit ke perangkat desa. Saat ini mereka berada di sebuah padepokan yang terletak di Dusun Pulosari, Desa Sukosari, Kecamatan Kasembon, Kabupaten Malang.