close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Suasana di Rusunawa Komaruddin, Cakung, Jakarta Timur, September 2023. Rusun ini rencananya bakal direvitalisasi Pemprov DKI Jakarta. Alinea.id/Cindy Victoria
icon caption
Suasana di Rusunawa Komaruddin, Cakung, Jakarta Timur, September 2023. Rusun ini rencananya bakal direvitalisasi Pemprov DKI Jakarta. Alinea.id/Cindy Victoria
Nasional
Selasa, 03 Oktober 2023 12:15

Cerita mereka yang tinggal di rusun reyot DKI:  "Kita juga bayar sewa, masa dicat aja enggak?"

Sejumlah rusun di DKI Jakarta usianya sudah di atas 20 tahun. Sebagian rusun sudah tak layak huni.
swipe

Kabar mengenai rencana Pemprov DKI Jakarta merevitalisasi sejumlah rumah susun (rusun) sampai ke telinga para penghuni Rusunawa Komaruddin, di Cakung Jakarta Timur. Sejak pertengahan September, sejumlah penghuni rusun mulai "beres-beres". Ada yang memutuskan untuk hengkang sementara dan ada pula yang memutuskan untuk benar-benar angkat kaki dari rusun itu.

"Liat ibu depan itu. Dia lagi beres-beres. Mau pindah ke PIK (Pantai Indah Kapuk) Pulo Gadung sana. Ibu juga enggak tau mau pindah apa bagaimana. Masih nunggu anak-anak. Katanya sih Senin baru mau beres-beres," kata Rumiyati, salah satu penghuni Blok A, Rusun Komaruddin, saat berbincang dengan Alinea.id, belum lama ini.

Rusun Komarudin dibangun pada 2008 dan mulai dihuni sejak 2014. Pindah pada 2016, Rumiyati termasuk salah satu penghuni awal rusun itu. Meskipun sebenarnya tergolong tak terlalu tua untuk ukuran hunian vertikal, Rumiyati bercerita rusun itu punya banyak persoalan. 

"Tapi, ya, buat saya sih sebetulnya air di sini. Kadang tuh ya, air suka mati. Kalau tidak mati, ya, (warnanya) kuning. Bahkan pernah sampai rembes. Ya, kalau mau dibilang keluhan mah banyak," tutur perempuan berusia 55 tahun itu. 

Di unit rusun yang tak seberapa besar itu, Rumiyati tinggal bersama dua putranya, satu putri, satu menantu, dan satu cucu. Setiap bulan, keluarga Rumiyati harus mengeluarkan sekitar Rp400 ribu untuk biaya sewa. 

Rumiyati tidak ikut urunan untuk biaya sewa. Sejak beberapa tahun lalu, ia tak lagi diperbolehkan oleh anak-anaknya untuk bekerja. Sebelumnya, Rumiyati sempat jadi "buruh" cuci-gosok untuk tetangga-tetangganya. 

"Jadi, ibu sekarang cuman jaga cucu ibu aja ini di rumah. Kalau ditanya cukup apa tidak? Ya, dicukup-cukupin. Mana kalau pindah ke PIK sana, lebih mahal bayarnya. Tapi, memang lebih dekat dari tempat kerja anak ibu," ujar perempuan yang pernah tinggal di kawasan Lodan, Pademangan, Jakarta Utara, itu.  

Selain Rusun Komaruddin, Pemprov DKI Jakarta juga berencana merevitalisasi Rusunawa Marunda di kawasan Cilincing, Jakarta Utara. Rusun yang sudah berusia 20 tahun itu dinilai sudah tak layak huni. Belum lama ini, atap beton di Blok C rusun tersebut ambruk. Tak ada korban jiwa dalam peristiwa itu. 

"Sedang proses perencanaannya. Diupayakan secepatnya (bisa direvitalisasi)," kata pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (DPRKP) DKI Jakarta, Retno Sulistyaningrum saat dikonfirmasi wartawan, September lalu. 

Wacana revitalisasi Rusun Komaruddin sebenarnya sudah mengemuka sejak 2015. Ketika itu, Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat berjanji akan membenahi rusun yang punya 6 menara tersebut. Namun, hingga kini janji tersebut tak ditepati. 

Rahmat, 40 tahun, salah satu penghuni lantai 4 blok D Rusunawa Komaruddin, mengatakan sebagian penghuni rusun ialah korban gusuran dari kawasan Muara Angke dan sekitarnya. Mereka memutuskan tinggal di rusun itu karena tak punya pilihan lain. 

"Awalnya, kita sudah tidak mau. Tetapi, tetangga pada pindah juga.  Daripada saya digusur, barang-barang nanti tidak bisa diselamatkan. Jadi ya sudah, saya pindah," kata Rahmat saat berbincang dengan Alinea.id

Rahmat tinggal di Rusunawa Komaruddin sejak 5 tahun lalu. Ia menghuni unit rusun dengan istri dan kedua anaknya. Istrinya tak bekerja, sedangkan Rahmat sehari-hari bekerja sebagai penjaga toko di kawasan Pasar Baru, Jakarta Pusat. 

Untuk biaya sewa, air, dan listrik bulanan, Rahmat mengeluarkan duit kisaran Rp600 ribu hingga Rp800 ribu. Dengan gaji bulanan sebesar Rp2,8 juta, Rahmat mengaku masih bisa mengongkosi biaya tinggal di rusun. 

"Makanya ini, (saya bingung) penghuni pada disuruh pindah (selagi Rusun Komaruddin direnovasi). Mana di (Rusunawa) Nagrak sama (Rusunawa) Pulo Gadung itu juga mahal. Mau gimana lagi? Kadang buat sewa sama bayaran sekolah anak aja, saya udah berapa. Belum lagi buat makan, bensin motor, dan lainnya," tutur Rahmat. 

Sama seperti Rumiyati, Rahmat bercerita air bersih jadi persoalan utama yang dihadapi warga rusun tersebut. Selain berwarna kuning, air bahkan seringkali tidak mengalir. Rahmat mengaku harus rajin-rajin menampung air demi kebutuhan sehari-hari. 

"Iya, kita mah tidak minta yang aneh-aneh, paling minta direnovasi aja gitu. Perasaan rusun lain ada tuh yang direnovasi, dicat ulang. Lha, ini kita masih begini-begini aja? Toh, kita juga bayar sewa. Tapi, masa iya dicat ulang atau diberesin tidak dilakukan?" cetus dia. 

Suasana di salah satu blok di Rusun Tanah Abang, kawasan Kebon Kacang, Jakarta Pusat, September 2023. Alinea.id/Ummu Hafifah

Tak hanya renovasi seadanya

Dalam dokumen Rencana Strategis Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman DKI Jakarta 2023-2026, tercatat ada 32 rusun yang merupakan aset Pemprov DKI Jakarta. Rusun-rusun itu dibangun pada periode 1994-2017. Dari 32 rusun, tercatat total ada 24.713 unit dengan 20.321 unit sudah terisi.

Pengamat tata kota dari Universitas Trisakti, Nirwono Yoga mengatakan ambruknya atap di salah satu blok di Rusun Marunda harus dijadikan momentum untuk merevitalisasi rusun-rusun tua di DKI Jakarta. Khusus untuk Marunda, ia berharap revitalisasi tak sekadar kosmetik. 

"Revitalisasi rusun marunda ini harus meliputi bangunan yang kuat bisa tahan gempa dan tsunami karena dekat dengan pantai. Revitalisasi yang dilakukan tidak hanya terkait atap roboh saja, tapi juga perlu diperhatikan mengenai hal lain agar tidak terjadi hal yang lebih parah dan merugikan warga yang tinggal di rusun," kata dia kepada Alinea.id. 

Pemprov DKI mulai membangun rusun sejak dekade 1980-an sebagai solusi minimnya lahan untuk permukiman warga. Dibangun pada 1981, Rusun Tanah Abang di Jalan K.H. Mas Mansyur, Kebon Kacang, Jakarta Pusat jadi hunian vertikal pertama yang dibangun Pemprov DKI. 

Selain tua dan keropos, banyak persoalan menyeruak di rusun-rusun DKI, semisal kerusakan pada jaringan listrik, air, dan pembuangan limbah. Rusun-rusun yang dianggap bermasalah, di antaranya Rusun Pinus Elok di Jakarta Timur, Rusun Karang Anyar di Jakarta Pusat, serta Rusunawa Daan Mogot, Rusunawa Tambora, Rusunawa Rawa Buaya, dan Rusun Flamboyan di Jakarta Barat. 

Menurut Nirwono, usia bukan jaminan rusunawa layak atau tak layak huni. Asalkan dirawat dengan baik dan direvitalisasi, rusun yang usianya di atas 20 tahun pun sebenarnya masih bisa ditempati dan layak huni. 

"Dan, tentu akan lebih baik jika nantinya Rusun Marunda tersebut dapat menjadi contoh revitalisasi rusun yang lain di Jakarta yang sudah berumur di atas 20 tahun," ujar Nirwono. 

Nirwono menyebut sejumlah syarat yang harus dipenuhi Pemprov DKI Jakarta dalam membangun rusun layak huni. "Perlu menyediakan taman dan danau atau waduk untuk menampung air hujan atau luapan air saat banjir. Selain itu, dibentengi tumbuhan dan tanah yang luas, serta pompa hidrolik (cadangan)," kata dia. 
 

img
Cindy Victoria Dhirmanto
Reporter
img
Ummu Hafifah
Reporter
img
Christian D Simbolon
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan