Pusat Studi Australia (CFAS) UNAS merespons positif pertemuan 2+2 antara delegasi Australia dan Indonesia, khususnya Menteri Luar Negeri Australia Penny Wong, yang didampingi Menteri Pertahanan Australia Richard Marles MP, dengan Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi, yang didampingi oleh Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, beberapa waktu lalu.
"Pertemuan tingkat tinggi yang strategis ini patut untuk diapresiasi dan dikawal proses implementasinya," kata Kepala Pusat Studi Australia UNAS (CFAS UNAS) Harry Darmawan, dalam keterangan tertulisnya, Minggu (12/2).
Pusat Studi Australia UNAS (CFAS UNAS), sebagai satu-satunya pusat studi Australia di Indonesia menyambut baik pertemuan yang diinisiasi oleh pemerintah Australia dan Indonesia.
Sebagai dua negara terbesar di kawasan, sangat penting bagi Australia dan Indonesia untuk bisa saling mendukung dan bekerja sama dalam upaya-upaya komprehensif yang akan meningkatkan relasi bilateral maupun stabilitas kawasan di Asia Tenggara dan Pasifik.
Pusat Studi Australia UNAS (CFAS UNAS) meyakini, jika tiga isu yang menjadi fokus pertemuan yakni perluasan kemitraan dalam bidang pertahanan yang meliputi sektor kedokteran militer, teknologi militer, serta industri pertahanan, merupakan sektor-sektor yang layak dan perlu untuk ditingkatkan, terutama jika melihat dinamika global dan kawasan pada saat ini yang sangat dinamis.
"Pertemuan 2+2 antara Australia dan Indonesia bukan saja demi kepentingan bilateral, namun juga demi kepentingan yang lebih jauh. Harry kembali menekankan jika stabilitas hubungan bilateral Australia-Indonesia merupakan jaminan bagi stabilitas kawasan yang akan langsung terkorelasi dengan situasi kondusif di regional Asia Tenggara dan Pasifik," papar dia.
Mengingat penting dan strategisnya hasil pertemuan tersebut untuk segera diimplementasikan, maka perlu pelibatan stakeholder yang lebih luas agar proses implementasi bisa berjalan dengan maksimal dan susuai dengan target. Diperlukan keterlibatan unsur ahli-ahli terkait, unsur perguruan tinggi, dan unsur publik mewakili Australia dan Indonesia. Heteroginitas dan kesinambungan akan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kesuksesan program dan kegiatan yang dicanangkan dalam pertemuan 2+2 ini.
Seperti diketahui, Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto menghadiri pertemuan 2+2 Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Pertahanan Indonesia-Australia yang digelar di Canberra, Australia, Kamis (9/2).
Menhan Prabowo hadir bersama Menteri Luar Negeri Retno Marsudi. Keduanya bertemu dengan Menhan Australia sekaligus Wakil Perdana Menteri Australia Richard Marles MP dan Menlu Australia Penny Wong.
“Saya kira kita sungguh-sungguh ingin menjadi jangkar perdamaian dan kemakmuran di kawasan,” kata Menhan Prabowo usai pertemuan itu, seperti dilansir dari laman resmi Kemhan.
Menhan Prabowo pun mengapresiasi kerja sama pertahanan yang telah terjalin dengan sangat baik di antara kedua negara selama ini.
“Di sektor pertahanan dan keamanan, kami (Indonesia-Australia) memiliki hubungan yang sangat baik di semua sektor,” ungkapnya.
Menhan Prabowo kemudian menambahkan bagaimana kerja sama yang baik itu, salah satunya diimplementasikan melalui program pendidikan dan pelatihan bagi personel TNI di Australia.
Melalui pertemuan tahunan ini, Menhan Prabowo berharap kerja sama bilateral Indonesia dan Australia dapat meningkat, khususnya dalam sektor pertahanan.
“Kami ingin menegaskan kembali dan meningkatkan kerja sama ini,” tegasnya.
Sementara itu, merespons dinamika lingkungan strategis yang tengah berkembang saat ini para menteri kedua negara sepakat bahwa kemitraan strategis dan kerja sama pertahanan yang telah terjalin oleh kedua negara telah berkontribusi dalam menciptakan stabilitas keamanan di kawasan.
Kedua negara juga berkomitmen untuk memperdalam kerja sama dalam kerangka Kemitraan Strategis Komprehensif. Di antaranya, dalam sektor pertahanan, Indonesia-Australia sepakat untuk memperluas ruang lingkup kerja samanya dalam sektor kedokteran militer, teknologi militer dan industri pertahanan.
Untuk diketahui, pertemuan 2+2 tahun ini merupakan pertemuan Menlu dan Menhan kedua negara yang kedelapan. Pertemuan ini juga menjadi implementasi dari Traktat Lombok 2006 di mana kerja sama kedua negara dilandasi dengan semangat saling menghormati, perasahabatan, dan tekad bersama untuk mengatasi tantangan global.