Universitas Gadjah Mada (UGM) memastikan bahwa Covid-19 varian B.1617.2 atau Delta telah merebak di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Ini berdasarkan hasil pemeriksaan Whole Genome Sequencing (WGS) yang dilakukan oleh Kelompok Kerja (Pokja) Genetik Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) UGM.
Pokja Genetik FKKMK UGM menyebutkan, varian Delta terbukti menimbulkan dua dampak sebagaimana telah terlihat pada kasus di India dan Kudus, yakni lebih cepat menular dan mampu mempengaruhi respons sistem imun manusia.
“Varian Delta ini bisa menurunkan respons sistem imun kita terhadap infeksi Covid-19, baik respons imun yang ditimbulkan oleh infeksi alamiah maupun vaksin,” kata Ketua Pokja Genetik FKKMK UGM, dr. Gunadi dalam keterangannya, Senin (14/6).
Dari 34 sampel yang diperiksa, lanjut dr. Gunadi, 28 di antaranya terkonfirmasi sebagai varian Delta. Pada kasus Kudus, jelasnya, menunjukkan kemungkinan besar adanya transmisi lokal varian Delta.
Ia melanjutkan, sebelumnya sudah terdeteksi beberapa kasus, namun bersifat acak, dan sekarang sudah menjadi klaster di daerah Kudus. "Artinya, kemungkinan besar sudah terjadi transmisi lokal di Indonesia, khususnya di Kudus. Tidak menutup kemungkinan transmisi lokal juga keluar dari Kudus,” jelasnya.
Untuk itu, Ia meminta masyarakat untuk tetap disiplin menjalankan protokol kesehatan Covid-19, mengingat dampak yang ditimbulkan varian delta cukup serius. Ini berlaku bagi seluruh masyarakat di tanah air, termasuk yang telah melakukan vaksinasi.
Sebab, sambungnya, re-infeksi Covid-19 masih bisa terjadi setelah divaksin. “Prokes harus diperketat. Meski sudah vaksin prokes tidak boleh longgar,” imbaunya.
Covid-19 varian Delta telah ditetapkan WHO menjadi Variant of Concern (VoC) pada 31 Mei 2021 mengingat dampaknya yang besar terhadap kesehatan masyarakat secara global. Varian ini dimasukan dalam kategori VoC karena memenuhi satu atau lebih dari tiga dampak yang ditimbulkan yakni daya transmisi, tingkat keparahan pasien, dan mempengaruhi sistem imun manusia.