close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Pekerja menyelesaikan pembangunan turap di aliran Sungai Ciliwung Kecil, Jakarta, Jumat (28/9)./AntaraFoto
icon caption
Pekerja menyelesaikan pembangunan turap di aliran Sungai Ciliwung Kecil, Jakarta, Jumat (28/9)./AntaraFoto
Nasional
Senin, 29 Oktober 2018 12:23

Curah hujan tinggi, bagaimana kesiapan Jakarta hadapi banjir?

Tingginya intensitas hujan tersebut dipicu beberapa faktor
swipe

Badan Meterologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan Jakarta dan 13 wilayah di kawasan Indonesia bagian barat akan menghadapi curah hujan tinggi di akhir bulan ini.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Mulyono R Prabowo menyampaikan, tingginya intensitas hujan tersebut dipicu beberapa faktor. Antara lain, adanya sirkulasi siklonik di sekitar wilayah Sumatra yang menyebabkan terjadinya konsentrasi massa udara di wilayah tersebut.

"Konsentrasi massa udara ini menyebabkan kondisi udara yang relatif lebih lembab yang mendukung pertumbuhan awan-awan hujan," ujarnya melalui keterangan resmi yang diterima Alinea.id, Minggu (28/10).

Dalam peringatan curah hujan tinggi tersebut, BMKG membagi dua periode untuk wilayah terdampak. Masing-masing 14 wilayah untuk curah hujan tinggi di periode 26-28 Oktober dan 20 wilayah di periode 29-31 Oktober. DKI Jakarta masuk dalam dua periode kriteria yang terdampak.

Kepala Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI Jakarta, Teguh Hendarwan mengatakan, dari hujan yang mengguyur Ibukota di beberapa hari terakhir, setidaknya masih ada 30 titik genangan. Jakarta mendominasi kawasan dengan jumlah titik genangan yang paling banyak

Data tersebut berbeda dengan prediksi Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane (BBWSCC) yang menyatakan 129 kelurahan di Jakarta akan berpotensi terendam banjir di musim hujan. 

Di awal Oktober, Kepala BBWSCC Bambang Hidayah menyampaikan, besarnya potensi jumlah kelurahan berpotensi banjir diakibatkan terhentinya program normalisasi 13 sungai sejak akhir 2017. 

Data kerawanan banjir berasal evaluasi kajian banjir Februari 2018. Saat ini, normalisasi baru terealisasi 16 kilometer dari total 33 kilometer. Mandeknya proyek tersebut karena terhalang pembebasan lahan yang harusnya menjadi kewenangan Pemprov DKI Jakarta.

Meski demikian, Teguh menyampaikan, telah melaksanakan upaya antisipasi seperti perbaikan salurah, pemeliharaan, serta perawatan. Pemeliharaan dan perawatan salurah dilaksanakan dengan menguras saluran untuk mengatasi pendangkalan yang disebabkan lumpur dan sampah.

Upaya itu, dilakukan seluruhnya oleh pasukan biru yang tersebar di 44 kecamatan di seluruh Jakarta. Dimana masing-masing kecamatan memiliki paling tidak 40 personel pasukan.

"40 personel itu ,tiap hari kerjanya membersihkan. Makanya kalau lihat sekarang tali air itu berfungsi, karena dibersihkan," ungkapnya.
 

img
Akbar Persada
Reporter
img
Hermansah
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan