Sejumlah rektor dan guru besar dari universitas islam negeri (UIN) di sejumlah daerah dipanggil Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Mereka dimintai keterangan terkait pengembangan kasus dugaan jual beli jabatan di lingkungan Kementerian Agama (Kemenag).
Rektor dan guru besar UIN yang diperiksa yakni Guru Besar UIN Sunan Ampel Surabaya Ali Mudlofir, Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya Masdar Hilmy, Guru Besar sekaligus Dekan FISIP UIN Sunan Ampel Surabaya Akh. Muzakki, Rektor IAIN Pontianak Syarif, dosen IAIN Pontianak Wajidi Sayadi, Wakil Rektor I IAIN Pontianak Hermansyah, dan Retor UIN Ar-Raniry Banda Aceh Warul Walidin.
Juru bicara KPK Febri Diansyah mengatakan, pemanggilan itu dilakukan guna mendalami kasus yang menyeret Romahurmuziy. Seperti diberitakan, eks Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) itu diduga terlibat kasus jual beli jabatan di lingkungan Kemenag Provinsi Jawa Timur.
"Keterangan mereka dibutuhkan dalam perkara dengan tersangka RMY (Romahurmuziy)," kata Febri di Gedung Penunjang Merah Putih, Jakarta Selatan, Senin (17/6).
Salah satu saksi yang sudah diperiksa, Masdar Hilmy, mengaku pemeriksaan dirinya berkaitan proses seleksi pemilihan rektor. Hilmy mengatakan, Romahurmuziy tidak terlibat dalam proses seleksi rektor. Meski demikian, dirinya mengaku pernah bertemu dengan pria yang lebih akrab disapa Rommy.
"Ketemu, iya. Tapi tidak dalam konteks pemilihan rektor. Di Jember pernah ketemu, sekitar Januari saat ada forum seminar di Jember," terang Hilmy usai menjalani pemeriksaan.
Menurut Hilmy, proses seleksi rektor telah diatur Kemenag melalui komisi seleksi. Dia menegaskan, tidak terdapat peran Rommy dalam proses seleksi tersebut tidak.
"Semua lewat komisi seleksi di Kementerian Agama, ada tujuh orang yang ditunjuk. Semua melalui komisi seleksi, saya tidak tahu peran Rommy dalam seleksi rektor. Tidak, tidak ada nama Rommy (dalam komisi seleksi)," kata Hilmy.
Di tempat yang sama, Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak Syarif mengaku tidak pernah berhubungan langsung dengan Rommy dalam proses seleksi calon rektor. "Dalam prosedur, enggak pernah. Kami ikut secara prosedural," kata Syarif usai menjalani pemeriksaan.
Syarif mengakui pernah bertemu Rommy dalam Muktamar Nahdatul Ulama. Setelah itu ia tidak pernah bertemu lagi. Syarif juga menampik ada pembicaraan dengan Rommy.
"Enggak ada. Orang penting mana mau ketemu saya," kata Syarif.
Lebih lanjut, Syarif menegaskan, proses seleksi calon rektor tidak memiliki masalah. Pasalnya, dalam proses tersebut diawasi oleh panitia dan juga komisi seleksi secara ketat.
"Ada pansel, saya punya tim pansel punya tim senat kemudian di komsel diperiksa tujuh profesor enggak bisa diintervensi. Silakan tanya di sana nilainya seperti apa, saya kan enggak tahu," imbuhnya.