Koordinator Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat, Luhut Binsar Pandjaitan, menyatakan, Indonesia sudah dan akan menerima bantuan dari berbagai negara untuk penanggulangan pandemi Covid-19.
"Kami sudah menerima bantuan internasional,” ucapnya dalam telekonferensi, Kamis (15/7). Bantuan tersebut berasal dari Jepang, Singapura, Uni Emirat Arab (UEA), China, Australia, dan Amerika Serikat (AS).
Jepang akan menyumbang 998.400 dosis vaksin AstraZeneca; Singapura bakal menyalurkan 220 ventilator, 256 empty 50 it oxygen cylinders, 500 filled 50 it oxygen cylinders, 600 oksigen konsentrator, 75.000 masker bedah, 25.600 masker N95, 2.000 sarung tangan bedah, 1.000 gaun sekali pakai, dan 1.000 topi bedah; dan UEA memberikan 450 tabung oksigen 40 L, 150 oksigen konsentrator portabel, 20 ton pasokan pelindung medis, dan 250.000 dosis vaksin Sinopharm.
Sementara itu, China memberi 400 oksigen konsentrator sysmedoc OC-E100, 20.000 nasal oxygen tubes, dan 20.000 masker oksigen; Australia menyumbang 1.000 ventilator; dan AS via Covax Facility memberi 4.500.160 dosis vaksin Moderna.
Bantuan tersebut, terang Luhut, akan disebar ke berbagai daerah dengan kenaikan kasus Covid-19. "Sehingga BOR (tingkat keterisian tempat tidur) kita yang tadinya 1:1.000, dengan ini kita akan bisa 1,6: 1.000, artinya faskes kita akan makin baik."
Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi itu menambahkan, produk medis dalam negeri sudah dapat digunakan untuk penanganan Covid-19.
"Lokal produk kita sendiri pun sudah ada yang membuat ventilator dan itu kita gunakan, termasuk tadi oksigen konsentrator juga teman-teman yang di Jogja itu sudah buat. Kita dorong juga. Jadi, kita mantapkan sekalian untuk membangun industri dalam negeri,” tuturnya.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Muhadjir Effendy, sebelumnya mengatakan, Indonesia mendapatkan bantuan isotanik, oksigen cair, hingga oksigen konsentrator dari Singapura.
Menurutnya, Indonesia perlu memperoleh uluran tangan dari berbagai negara dalam penanganan pandemi sebab takkan berakhir kalau semua negara belum terbebas. Dalihnya, bisa menjadi sumber penularan bagi negara lain.