Terjadi kericuhan dalam aksi unjuk rasa ribuan mahasiswa di depan Gedung DPR RI hingga polisi menembakkan gas air mata.
Pantauan Alinea.id pada Selasa (24/9) sekira pukul 16.00 WIB, massa aksi mulai tidak terkendali. Sepuluh menit kemudian, polisi menembakkan water canon.
Tak lama berselang, sekira pukul 16.30 WIB, aparat kepolisian menembakkan gas air mata ke arah mahasiswa. Hal itu dilakukan sebagai upaya mengendalikan kericuhan massa.
Kericuhan itu dipicu permintaan mahasiswa pengunjuk rasa agar Ketua DPR RI Bambang Soesatyo dapat menemui mereka. Permintaan itu diutarakan dalam konferensi pers sekira pukul 15.50 WIB dengan tenggat waktu hingga pukul 16.00 WIB.
Hingga petang, gas air mata masih terus ditembakkan ke arah massa. Mahasiswa didorong mundur ke arah Senayan dan Slipi oleh kepolisian.
Aksi massa tersebut berubah anarkistis hingga mampu menjebol pintu masuk kawasan DPR setinggi 3 meter. Untuk membalas tembakan gas air mata, sejumlah mahasiswa melemparkan botol minuman dan bebatuan ke arah polisi.
"Hati-hati jangan sampai ada yang lempar pakai bensin," ujar petugas melalui pengeras suara.
Ratusan personel Brimob yang disiagakan dilengkapi tameng terus berusaha menghalau massa. Namun, gas air mata yang ditembakkan justru berbalik ke arah DPR dan petugas.
Akhirnya, Ketua DPR Bambang Soesatyo menemui pengunjuk rasa. Namun, dia harus terkena gas air mata saat meninjau aksi. Berkali-kali pria yang akrab disapa Bamsoet itu mengusap air mata yang tak berhenti menetes akibat gas tersebut.
Tak lama, Bamsoet dievakuasi ke sebuah pos di DPR terdekat. Tembakan gas air mata itu juga mengakibatkan sejumlah wartawan dan polisi terkena dampaknya.
Serang ricuh
Secara terpisah, aksi demonstrasi penolakan RUU KUHP dan Pertanahan di Serang, Banten, juga ricuh. Massa aksi melakukan blokade jalan hingga menjebol pagar Kantor Gubernur Banten.
Aksi demonstrasi dilakukan di dua lokasi, Aliansi Mahasiswa Banten (AMB) menggelar demonstrasi di Alun-alun Kota Serang dan Aliansi Pejuang Reforma Agraria di depan Kantor Gubernur Banten.
Mahasiswa penolak RUU KHUP kembali memblokade jalan dan membakar ban bekas di jalan Jenderal Sudirman, Kota Serang sehingga pihak kepolisian mengalihkan arus lalu lintas di jalan tersebut. Dalam aksinya mahasiswa menuntut Presiden Joko Widodo membatalkan pengesahan RUU KUHP.
"Kita menolak RUU KUHP dan menuntut Jokowi membatalkan RUU anti demokratis," kata kata Koordinator Lapangan (Korlap) aksi dari Aliansi Mahasiswa Banten (AMB), Soleh, ditemui disela-sela aksinya.
Sedangkan, demonstrasi di depan depan Pendopo Gubernur Banten, ratusan mahasiswa bergabung dan Serikat Petani Indonesia (SPI) yang tergabung dalam Aliansi Perjuangan Reforma Agraria (Apra). Mereka menyuarakan penolakan terhadap RUU Pertanahan, menuntut pemerintah melakukan reforma agraria dan meminta Gubernur Banten menyelesaikan konflik agraria di Banten.
Seperti yang diteriakkan oleh Rais (63), petani asal Cibaliung, Kabupaten Pandeglang, Banten. Ia meminta Gubernur Wahidin Halim segera turun tangan menyelesaikan beberapa sengketa lahan dan penyerobotan lahan masyarakat yang dilakukan oleh perum perhutani di Cibaliung.
"Kami hanya ingin lahan pertanian sebesar-besarnya untuk kesejahteraan petani. Kami petani tidak pernah membakar, apalagi merusak lahan yang kami tanami. Saya sudah melawan dari 25 tahun yang lalu. Tolong Pak Gubernur bantu kami petani," katanya saat orasi.