Dengue dan Covid-19 punya satu gejala yang sama yaitu demam dan harus diwaspadai. Bedanya, pada dengue, fase demam terjadi akibat diremia (di dalam darah ada virus yang beredar).
Perwakilan Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) dr. Erni Juwita Nelwan menjelaskan, jika pasien demam berdarah minum obat penurun panas, maka demam akan turun namun tidak lama kemudian demam akan naik lagi.
"Jadi demam pada demam berdarah itu sulit diturunkan dengan obat turun panas. Pasien akan banyak berkeringat karena efek samping dari obat turun panas tersebut dia berusaha menurunkan panas tapi di satu sisi penyebab demam nya ada terus di dalam darah," ujar Erni via laman resmi Kementerian Kesehatan RI, dikutip, Selasa (14/6).
Sementara demam pada Covid-19, biasanya disertai dengan gejala respirasi yang lebih dominan seperti sesak napas, batuk, susah menelan anosmia atau kondisi saat seseorang tidak bisa mencium bau. "Bedanya dengan Covid-19 adalah pada dengue pola demamnya mendadak dan langsung tinggi," terangnya.
Sementara itu, Perwakilan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr. Mulya Rahma Karyanti menjelaskan, pada Covid-19, penyakit yang biasa dikeluhkan berupa demam. Ini biasanya berlangsung 5 hingga 7 hari disertai batuk pilek plus sesak napas, serta saturasi oksigennya menurun.
"Pada fase demam ini anak demam tinggi dan biasanya menjadi malas minum sehingga yang harus diperhatikan adalah harus dipantau minumnya jangan sampai anak dehidrasi," paparnya.
Bagi anak-anak, urainya, demam dengue biasanya berlangsung akut, mendadak, muka mengalami merah khas. Namun pada demam gejala Covid-19 tidak membuat muka merah.
Mulya Rahma menambahkan, yang dominan pada dengue yaitu demam diikuti sakit kepala dan batuk pileknya lebih ringan daripada Covid-19.
"Demam dengue di hari ketiga setelah gigitan nyamuk harus menjadi perhatian penting, karena secara umum demam dengue itu infeksi terjadi di hari ke-3 sampai hari ke-6, itu masuk fase kritis yang bisa rawan di mana bisa meninggal kalau tidak diberikan cairan obat yang cukup," ungkapnya.
Ini berbeda pada demam kasus Covid-19, di mana pada minggu pertama terjadi demam, kemudian menjelang akhir minggu pertama ini antara hari ke-5 sampai hari ke-7 mulai ada gejala gejala respiratorik seperti sesak, batuk pilek. Di sinilah tanda-tanda biasanya makin berat.
Ia melanjutkan, pada infeksi dengue biasanya demam terjadi mendadak tinggi, namun setelah hari ketiga pada saat memasuki fase kritis yang harus diperhatikan adalah jangan sampai anak kekurangan cairan obat karena di fase inilah terjadi kebocoran pembuluh darah yang bisa menyebabkan kematian.
"Sedangkan pada Covid-19 demam bisa tinggi tapi bisa disertai dengan batuk pilek dan bertambah sesak. Terutama masa kritisnya adalah pada akhir minggu pertama, di sinilah saturasi oksigen bisa menurun," beber Mulya Rahma.