Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror kembali meringkus satu orang terduga teroris di daerah Banjaran, Bandung, Jawa Barat. Penangkapan dilakukan sekitar pukul 15.00 WIB, Rabu (3/4) kemarin.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo membenarkan penangkapan tersebut. Menurutnya, petugas Densus melakukan penangkapan tersebut di salah satu perumahan di daerah Bandung. Namun, Dedi belum dapat menjelaskan secara detail identitasnya.
"Ya betul penangkapan tersebut. Saya juga masih menunggu rilis resmi dari Densus," ujar Dedi saat dikonfirmasi, Kamis (4/4).
Menurutnya, terduga teroris yang ditangkap diduga merupakan jaringan kelompok teror Jamaah Ansharut Daulah (JAD). Ia juga diyakini memiliki keterkaitan dengan teroris Sibolga, Husain alias Abu Hamzah.
Hingga kini, tim Densus masih melakukan pengejaran terhadap sejumlah teroris lain yang tersebar di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
"Enam sampai delapan orang, kurang lebih antara kisaran itu sudah dilakukan pengejaran oleh Densus 88 guna melakukan mitigasi secara maksimal potensi serangan," ucap Dedi.
Penangkapan terduga teroris ini merupakan lanjutan dari upaya yang dilakukan Densus 88. Pada 28 Maret 2019 lalu, Densus juga menangkap seorang terduga teroris bernama WP alias Sahid. Penangkapan dilakukan di Desa Bojongmalaka, Baleendah,Bandung, Jawa Barat. WP merupakan anggota jaringan JAD dan memiliki kaitan dengan jaringan teroris Sibolga.
Dari pemeriksaan yang dilakukan, WP diketahui telah menyiapkan serangan teror di Jombang, Jawa Timur. Hanya saja, aksi itu belum terlaksana karena masih kekurangan dana.
Untuk memenuhi kebutuhan dana, WP dan anggota kelompok lainnya melakukan pembobolan ATM. Mobil pengisi ATM yang membawa sejumlah uang cash, menjadi sasaran.
Namun demikian, Dedi meyakinkan serangan teror yang direncanakan tak berkaitan dengan pelaksanaan Pemilu 2019. Aksi yang disiapkan para teroris adalah bagian dari upaya untuk menyerang aparat kepolisian yang yang bertugas di setiap wilayah.
Menurut Dedi, para teroris tersebut merencanakan aksi teror karena merasa terganggu dengan proses penegakan hukum yang dilakukan aparat selama ini.
"Rencana aksi teror itu ditujukan menyerang aparat kepolisian," ujar Dedi.