close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi timnas sepak bola putri Indonesia. Alinea.id/Debbie Alyuwandira.
icon caption
Ilustrasi timnas sepak bola putri Indonesia. Alinea.id/Debbie Alyuwandira.
Nasional
Kamis, 03 Februari 2022 17:03

Di balik drama 28 gol ke gawang Garuda Pertiwi di Piala Asia Wanita 2022

Banyak hal yang perlu dievaluasi dari kekalahan telak Garuda Pertiwi di ajang Piala Asia Wanita 2022 beberapa waktu lalu.
swipe

Perasaan Aprilia Putri hancur lebur kala menonton tim nasional sepak bola putri Indonesia dilumat Australia 18 gol tanpa balas dalam laga AFC Women's Asian Cup 2022 atau Piala Asia Wanita 2022, yang digelar di Mumbai Football Arena, India, Jumat (21/1).

Hasil itu merupakan skor tertelak sejak pertama kali timnas sepak bola putri Indonesia berlaga di ajang internasional pada 1977. Sebagai seorang penggemar sepak bola nasional, Aprilia sedih dengan skor mencolok itu.

“Kasihan mereka (timnas sepak bola putri). Jujur, malu,” ucap Aprilia kepada Alinea.id, Senin (31/1).

Usai dihajar Australia, Garuda Pertiwi—julukan timnas sepak bola putri Indonesia—yang tergabung di grup B kembali menelan kekalahan telak dari Thailand 4-0 dan Filipina 6-0. Total 28 gol bersarang di gawang Fani Supriyanto dan kawan-kawan.

Aprilia melihat jelas perbedaan mencolok kualitas permainan Indonesia dengan tim satu grup, dari taktik dan fisik. Ia kesal dengan PSSI, yang menurutnya tak mempersiapkan tim secara matang.

“Andai manajemen dari PSSI fokus ke timnas putri, aku yakin para atlet bakal berasa diperhatikan dan bisa fokus fisik, mental, serta pengalaman,” katanya.

“Kita kurang even untuk turnamen sepak bola putri nasional maupun internasional.”

Kalah segala-galanya

Selain ajang Piala Asia Wanita 2022 yang dinanti usai 33 tahun, tercatat Garuda Pertiwi sudah empat kali ikut turnamen bergengsi sepak bola wanita di Asia itu, yakni pada 1977, 1981, 1986, 1989. Dari keikutsertaan tersebut, sebenarnya prestasi timnas putri tak jelek-jelek amat. Mereka dua kali menembus babak semifinal, pada 1977 dan 1986.

Pada Piala Asia Wanita 1977 di Taiwan, timnas putri sukses menembus semifinal. Mereka kalah dari tuan rumah Taiwan 5-0, tetapi berhasil mengalahkan Jepang 1-0. Di babak semifinal Garuda Pertiwi harus mengakui kemenangan Thailand 2-1. Dan, dalam perebutan juara ketiga, timnas putri kalah melawan Singapura 2-0.

Sedangkan pada Piala Asia Wanita 1986 di Hong Kong, Garuda Pertiwi lolos dari grup B, setelah mengalahkan tuan rumah Hong Kong 1-0 dan Nepal 6-0. Di babak semifinal, mereka dilumat tim kuat China 9-0. Dan, harus puas di peringkat empat usai kalah 3-1 dari Thailand dalam perebutan juara ketiga.

Pemain timnas sepak bola putri Indonesia, Zahra Muzdalifah, saat ingin merebut bola dari bek timnas sepak bola putri Singapura, Fatin Aqillah, pada laga lanjutan kualifikasi Piala Asia Wanita 2022 di Republican Central Stadium, Tajikistan, senin (27/9/2021). Foto the-afc.com.

Pemain timnas sepak bola putri Indonesia, Zahra Muzdalifah mengakui sangat kesulitan bermain di pentas Piala Asia dengan persiapan yang minim. Mereka lantas harus melawan timnas dengan segudang pengalaman di kompetisi Eropa, seperti timnas putri Australia.

Sebagai catatan, dalam skuad Australia ada banyak pemain yang berkompetisi di liga sepak bola Eropa. Misalnya, kapten tim Samantha Kerr yang bermain di Chelsea. Lalu, ada kiper Lydia Williams bermain di Arsenal, bek Alanna Kennedy bermain di Manchester City, gelandang Tameka Yallop bermain di West Ham United, dan penyerang Kyah Simon bermain di Tottenham Hotspur.

“Saat latihan, mental kami bagus. Tapi pas tanding, mental kami enggak ada jiwa tandingnya karena keterbatasan kompetisi juga,” kata Zahra saat dihubungi, Senin (31/1).

“Pengalaman belum banyak. Jadi grogi dan enggak bisa keluar skill kami.”

Striker berusia 20 tahun itu mengatakan, ia dan koleganya sempat kaget melawan tim sekaliber Australia. Gaya permainan mereka dirasa Zahra tak seimbang. Apalagi, ia menuturkan, tim besutan Rudy Eka Priyambada ini belum pernah sekali pun menggelar uji tanding dengan tim luar negeri.

Zahra melanjutkan, rata-rata usia pemain timnas putri juga masih muda. Dalam tim ini, rata-rata pemain berusia 20-an awal. Paling muda berusia 16 tahun, yakni gelandang Helsya Maeisyaroh. Paling tua berusia 30 tahun, yakni striker Baiq Amiatun.

Tim ini pun, diakui Zahra baru terbentuk, sehingga belum ada chemistry satu sama lain dan belum punya visi bermain yang solid.

“Sebagai contoh, kalau kita megang bola atau teman kita megang bola, kita support passing, itu masih kurang dibandingkan tim yang lain,” tutur Zahra.

“Padahal, orang yang enggak megang bola kan harus aktif. Kita masih kurang dalam hal itu, termasuk saya.”

Di samping itu, Zahra juga mengatakan, skuad Garuda Pertiwi belum begitu banyak memahami taktik permainan. Akibatnya, kerap tak siap bila memainkan taktik yang jauh berbeda saat latihan.

Kendati demikian, Zahra mengaku tak ingin larut dalam kesedihan sepulang dari India. Sebab, di depan mata Sea Games 2021 bakal di gelar di Hanoi, Vietnam pada Mei 2022. Untuk persiapan ajang olahraga Asia Tenggara itu, ia berencana melakukan latihan sendiri usai pulih dari cedera yang membekapnya.

Di sisi lain, ia berharap Liga 1 Putri atau kompetisi profesional sepak bola perempuan lainnya segera bergulir.

“Kompetisi profesional itu penting banget. Salah satu yang membuat kita tidak siap kemarin karena tidak ada kompetisi untuk meningkatkan skill pemain,” ucap pemain Persija Putri ini.

Pembenahan dari PSSI

  Striker timnas sepak bola putri Australia, Sam Kerr, berkelit di antara dua bek timnas sepak bola putri Indonesia dalam laga AFC Women's Asian Cup 2022 di Mumbai Football Arena, India, Jumat (21/1/2022). Foto the-afc.com.

Sementara itu, Wakil Sekretaris Jenderal PSSI, Maaike Ira Puspita mengatakan, pascamenelan kekalahan telak di Piala Asia Wanita 2022 di India, mental pemain belum sepenuhnya pulih lantaran banyak diserang fan yang kecewa. Namun, ia sadar, kritik dari fan adalah lampu merah bagi PSSI.

“Kita memang harus mengejar ketertinggalan,” kata Maaike, Senin (31/1).

Maaike mengakui, timnas yang diberangkatkan ke India belum memiliki kematangan karena minim persiapan. Ia beralasan, pandemi Covid-19 memperburuk segalanya.

"Kemudian apabila kita bandingkan, (pemain) kita ini masih sangat-sangat muda,” ucapnya.

“Liga 1 Putri itu baru diputar 2019 pertama kali, kemudian terhenti (karena pandemi).”

Belum lagi beberapa lembaga dan divisi yang mengurus sepak bola wanita juga baru dibentuk. Ia mengatakan, Departemen Sepak Bola Wanita PSSI baru ada pada 2020. Lalu, Asosiasi Sepak Bola Wanita Indonesia (ASBWI) baru dibentuk pada 2017.

“Dari sisi pengelolaan sendiri, setelah dibentuk kemudian kita kena (pandemi) Covid-19,” tutur dia.

Maaike sadar, sebuah kompetisi profesional sangat penting untuk mendongkrak kualitas pemain. Karenanya, PSSI punya banyak rencana, semisal bakal menghelat Piala Pratiwi di 12 provinsi. Kini, kompetisi itu sudah diputar di tujuh provinsi. Putaran nasional rencananya berlangsung pada pertengahan Maret 2022.

"Kemudian untuk Liga 1 Putri tentunya akan menjadi bahan diskusi, semoga bisa kita putar di tahun ini," ujar Maaike.

Terbaru, Maaike menyebut, PSSI sedang melakukan penjajakan kerja sama dengan beberapa federasi sepak bola, salah satunya Australia. Ia mengatakan, federasi sepak bola Australia setuju membantu membangun timnas sepak bola putri Indonesia.

“Kami juga sedang menggodok MoU dengan federasi (sepak bola) Prancis untuk pengembangan sepak bola wanita,” katanya.

PSSI pun tengah menyiapkan rancangan kompetisi di level usia dini sepak bola putri demi regenerasi. Terlepas dari itu, Maaike berharap, anggota timnas putri tak terlalu lama meratapi kesedihan hasil buruk di Piala Asia 2022. Ia berujar, sepak bola wanita sedang menjadi perbincangan dan butuh pembuktian.

"Kompetisi kemarin itu (Piala Asia Wanita 2022) memang tamparan keras bagi kami. Tapi kami enggak berhenti kok dengan hal itu, kita terus," kata Maaike.

Pengamat sepak bola nasional, Akmal Marhali memandang, hasil buruk yang diterima Garuda Pertiwi di Piala Asia Wanita 2022 merupakan cermin bahwa sepak bola putri dipandang sebelah mata PSSI.

“Padahal dulu timnas sepak bola wanita kita sangat disegani di level Asia. Dua kali kita peringkat empat (Piala Asia Wanita 1977 dan 1986),” kata Akmal, Senin (31/1).

Koordinator Save Our Soccer (SOS) itu menilai, para pemain yang dikirim ke India tidak dalam keadaan siap tempur. Sebab, nihil kompetisi profesional di tanah air. Komposisi tim racikan Rudy Eka Priyambada dipandang Akmal masih kurang matang. Imbasnya, mereka bermain serampangan.

"Jangan berharap timnas putri kita punya kualitas yang hebat, kalau tidak ada pembinaan dan tidak ada pula kompetisi yang digelar saat ini," kata Akmal.

Untuk diketahui, pemain yang dikirim berlaga di Piala Asia 2022 mayoritas berasal dari Asosiasi Provinsi (Asprov) PSSI. Hanya segelintir yang berasal dari klub profesional, seperti kiper Riska Aprilia (PSS Putri), gelandang Sabrina Mutiara (Arema Putri), gelandang Octavianti Dwi (Pertiwi DIY), gelandang Rani Mulyasari (Persiba Putri), dan striker Zahra Muzdalifah (Persija Putri).

Infografik sepak bola putri. Alinea.id/Debbie Alyuwandira.

Selain nama-nama itu, cuma ada satu orang yang bermain di luar negeri, yakni bek Shalika Aurelia yang merumput bersama Roma Calcio Femminile, Italia.

Akmal menganggap, Garuda Pertiwi hanya beruntung lolos Piala Asia Wanita 2022 karena Irak dan Korea Utara mengundurkan diri, dengan alasan pandemi. Walhasil, timnas putri hanya meladeni Singapura dan unggul agregat 2-0.

“Sayangnya, kelolosan kita tidak disikapi serius oleh federasi (PSSI), sehingga persiapan ala kadarnya,” ucap Akmal.

"Uji coba hanya dilakukan pada sekolah-sekolah sepak bola. Tidak ada uji coba antarnegara. Wajar kita dibombardir 18 gol oleh Australia."

Ia mengamati, sepanjang laga di grup B, timnas putri belum terlihat solid secara tim. Mereka masih mengandalkan satu atau dua pemain. Secara teknik, ia melihat, banyak kekurangan.

“Tidak siap buat tampil di Piala Asia, kekurangannya lebih banyak dari kelebihannya,” ujarnya.

Akmal menyarankan PSSI untuk segera mengembalikan mental para pemain, dengan cara menggelar kompetisi profesional dan pembinaan serius.

“Jangan bicara hasil kalau tidak ada proses yang bagus untuk meraih prestasi terbaik,” kata Akmal.

img
Kudus Purnomo Wahidin
Reporter
img
Fandy Hutari
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan