Desakan agar Joko Widodo (Jokowi) mundur dari jabatan Presiden dinilai hanya opini yang dibangun di media sosial. Fakta di dunia nyata pemerintahan Jokowi masih sangat kuat, karena mendapat dukungan dari banyak kalangan.
"Saya kira realitanya di lapangan pemerintahan Pak Jokowi masih sangat kuat. Jadi, kita jangan terpaku pada wacana di medsos, karena itu sangat mudah dimainkan," kata pengamat politik yang juga Direktur Eksekutif Indo Barometer Muhammad Qodari kepada wartawan, Sabtu (10/7).
Qodari mengungkapkan, politik Indonesia ada di dua level. Pertama, level elite. Kedua, level masyarakat. Di level elite, sampai saat ini susunan partai pendukung pemerintah belum berubah.
Ada PDI Perjuangan, Golkar, PKB, NasDem, Perindo, Hanura, PPP, PSI, PKPI, dan PBB. Bahkan Partai Gerindra, lawan Jokowi di Pilpres 2019 pun, sekarang solid mendukung pemerintah.
Kelompok oposisi ada Partai Demokrat dan PKS. PAN tidak secara terang-terangan mendukung pemerintah. Tapi Qodari membaca Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan cenderung berpihak pada pemerintah. Atas dasar itu, Qodari menilai pemerintahan saat ini masih sangat kuat.
Belum lagi kalau kita bicara kelompok-kelompok strategis seperti TNI dan Polri. "Juga saya lihat masih sangat solid," tegas Qodari.
Di level masyarakat, Qodari mengatakan, kepuasan masyarakat kepada Jokowi masih sangat tinggi. Hasil survei SMRC yang dirilis pertengahan Juni misalnya, menyebutkan 75,6% warga puas dengan kinerja Jokowi.
Sedangkan, hasil survei Indikator Politik Indonesia yang dirilis April tingkat kepuasan atas kinerja Jokowi ada di 64%.
Lalu, tokoh dan kelompok yang kontra pemerintah seperti Rocky Gerung, Said Didu, Rizal Ramli, serta Habib Rizieq Shihab, dan barisannya. Tokoh-tokoh tersebut sangat aktif mendengungkan narasi yang mengkritisi pemerintah. Komentar yang tokoh-tokoh tersebut sampaikan, kemudian disebarluaskan melalui media sosial.
"Pesan-pesan ini disebarkan melalui macam-macam channel. Tentu yang paling mudah adalah lewat media sosial. Dan di situlah kemudian buzzer bekerja. Mereka ada di semua kelompok," kata Qodari.
Menurut dia, oposisi dan kritikus selalu mencari ruang. Biasanya ruang kritik muncul saat ada masalah. Saat ini, masalah besar di negara ini yakni penanganan Covid-19. Angka kasus positif dan kematian terus naik. Covid-19 juga menggerus perkekonomian.
Qodari menyatakan, seharusnya semua kekuatan bangsa, baik di dalam pemerintahan maupun di oposisi saling mendukung satu sama lain ketika ada masalah. "Tetapi memang demikian realitas politik Indonesia. Masalah justru dimanfaatkan untuk menggunakan atau mengangkat isu pergantian kekuasaan," pungkasnya.