Dinas Kesehatan DKI Jakarta melaporkan adanya dua kasus baru gagal ginjal akut progresif atipikal (GGAPA). Satu orang pasien kasus konfirmasi gagal ginjal akut dilaporkan meninggal dunia, sedangkan satu pasien lainnya berstatus suspek saat ini menjalani perawatan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta.
Kepala Seksi Surveilans, Epidemiologi, dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta Ngabila Salama, mengatakan pasien suspek gagal ginjal akut yang dirawat kondisinya saat ini membaik.
"Kondisi sudah lebih baik, dan dalam perawatan tim ahli RSCM," kata Ngabila saat dihubungi Alinea.id, Selasa (7/2).
Diketahui, kasus suspek gagal ginjal akut merupakan seorang anak berusia tujuh tahun. Pasien mengalami demam pada 26 Januari, kemudian mengonsumsi obat penurun panas sirop yang dibeli secara mandiri.
Pada 30 Januari, pasien mendapatkan obat penurun demam tablet dari puskesmas. Kemudian, pasien berobat ke klinik pada 1 Februari dan diberikan obat racikan, sebelum kemudian dirawat di RSUD Kembangan dan saat ini menjalani perawatan di RSCM Jakarta untuk pemeriksaan lanjutan.
Ngabila menuturkan, pihaknya juga tengah melakukan pemeriksaan laboratorium terhadap sampel darah dan obat pasien terduga gagal ginjal akut. Pemeriksaan dilakukan di Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Provinsi DKI Jakarta.
"Semua terduga GGAPA diperiksakan darahnya dan sisa obatnya di laboratorium, untuk melihat apakah terdeteksi EG, DEG, dan kadarnya apakah melebihi batas normal," ujarnya.
Terkait temuan kasus baru gagal ginjal akut, Ngabila mengimbau agar masyarakat menghindari konsumsi obat sirop untuk sementara, khususnya obat untuk anak-anak. Dikatakan Ngabila, pastikan obat yang dikonsumsi sesuai dengan resep dan anjuran dokter.
"Hindari pemberian obat sirup sementara waktu, kecuali ada petunjuk dokter," tutur dia.
Selain itu, Ngabila mengatakan, orang tua dapat memberikan alternatif berupa penanganan nonobat kepada anak yang sakit, atau menggunakan obat dengan sediaan selain sirop. Namun, hal ini juga harus disesuaikan dengan kondisi anak.
"Jangan responsif dikit-dikit harus minum obat. Lakukan dulu terapi nonobat atau gunakan obat puyer dulu. Tetapi, jangan gegabah juga menjadi antiobat padahal kondisi anak sangat membutuhkan dalam kondisi tertentu," papar Ngabila.
Sebelumnya, Kemenkes menerima laporan kasus baru gangguan ginjal akut dari Dinas Kesehatan DKI Jakarta. Ini merupakan kasus baru setelah tidak ada laporan kasus lagi sejak awal Desember tahun lalu.
Temuan kasus baru gagal ginjal akut merupakan satu kasus konfirmasi dan satu kasus suspek. Terkait temuan ini, Kemenkes mengimbau masyarakat agar tidak membeli obat secara mandiri untuk sementara, khususnya obat untuk anak-anak.
Diketahui, satu kasus baru konfirmasi gagal ginjal akut ditemukan pada anak berusia satu tahun yang memiliki riwayat mengonsumsi obat sirop penurun demam merk Praxion.
"Paling baik konsultasi ke nakes (tenaga kesehatan). Jangan beli obat sendiri dulu," kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi, Selasa (7/2).
Adapun hingga saat ini, imbuh Nadia, pihaknya belum merekomendasikan penggunaan obat sirop bagi anak-anak. Ia menyebut, berbagai fasilitas kesehatan (faskes) hingga saat ini masih merekomendasikan obat puyer sebagai alternatif.
Namun, Nadia sekali lagi menekankan agar masyarakat yang hendak mengonsumsi obat, disarankan melakukan konsultasi terlebih dahulu dengan nakes.
"Kalau sampai saat ini faskes masih menggunakan puyer ya. Mana yang aman, mana yang tidak, mungkin bisa merujuk ke BPOM atau ditanyakan (ke nakes)," ujarnya.