Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya, mengaku diancam hendak diserang oleh penembak jitu setelah dituding bersekongkol dengan seorang jenderal terkait hasil hitung cepat pada Pemilu 2019. Ancaman tersebut datang dari seseorang tak dikenal usai nomor telepon genggam Yunarto tersebar ke publik.
Yunarto menjelaskan, ancaman dan teror yang datang kepadanya berawal dari sebuah chat palsu yang memperlihatkan dirinya dan seorang jenderal seolah-olah telah bersepakat mengenai hasil hitung cepat atau quick count Pemilu 2019. Oleh lima akun, chat palsu itu lalu disebarkan di media sosial Instagram, Twitter, dan Facebook.
Akibat sebaran chat palsu itu membuat nomor telepon Yunarto juga tersebar ke publik. Imbasnya, . Imbasnya, Yunarto banyak mendapat teror berupa caci maki hingga pagi tadi. Bahkan, Yunarto mengaku harus memblokir ratusan nomor Whatsapp karena merasa terganggu dengan ancaman dan teror yang datang kepadanya.
Yunarto mengatakan, dirinya telah melaporkan lima akun penyebar chat palsu antara dirinya dengan seorang jenderal tersebut ke Bareskrim Mabes Polri. Adapun nama-nama akun itu antara lain @silvy_Riau02, @sofia_ardani, @sarah ahmad, @rif_opposite. Juga satu akun Facebook bernama Ahmad Mukti Tomo. Kelima akun itu dilaporkan karena sebagai pihak yang pertama melakukan penyebaran.
“Hari ini sebenernya menyelesaikan arah untuk merampungkan laporan saya terkait dengan pembuatan chat palsu yang disebarkan oleh beberapa akun, akun Instagram maupun di Facebook, maupun di Twitter dan penyebaran lewat WhatsApp,” kata Yunarto di Bareskrim Polri pada Selasa, (23/4).
Chat palsu itu, kata Yunarto, bahkan telah disebarkan sebelum hari pencoblosan. Kemudian kembali disebarluaskan setelah pemungutan suara berlangsung. Adapun ancaman dan teror yang diterimanya melalui pesan singkat isinya bermacam-macam.
“Ada yang melaknat, tidak percaya dengan quick count, quick count palsu, quick count abal-abal, quick count yang dibayar, tadi pagi bahkan ada yang chat mau diserang sniper,” ucapnya.
Ia menuturkan dalam teror atas ketidakpercayaan terhadap quick count, Charta Politika menjadi pihak yang paling banyak mendapat serangan dibanding lembaga survei lainnya. Padahal, menurutnya lembaga survei yang tergabung dalam Persepi sudah terang-terangan membuka data dan dana.
Pelaporan Yunarto atas chat palsu itu kini telah terdaftar dengan nomor LP/B/0382/IV/2019/BARESKRIM tanggal 14 April 2019. Kelima akun tersebut dikenakan pasal tindak pidana pencemaran nama baik melalui media elektronik.