Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menyatakan normalisasi Kali Ciliwung yang belum rampung, menjadi salah satu penyebab parahnya banjir yang terjadi di Jakarta. Namun Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan membantah hal ini.
Dari hasil pantauan udara yang dilakukan Menteri PUPR Basuki Hadimuljono bersama Kepala BNPB Doni Monardo, dan Gubernur DKI Anies Baswedan Rabu (1/2), diketahui banjir paling parah terjadi di sepanjang hilir kali Ciliwung. Dari 33 km kali Ciliwung, hanya 16 km yang sudah dilakukan normalisasi oleh Pemprov DKI Jakarta.
“Kalau di lokasi yang sudah dilakukan normalisasi aman, tapi yang belum dilakukan normalisasi itu tergenang,” kata Menteri PUPR Basuki Hadimuljono usai memantau lokasi banjir di Jakarta, Rabu (1/1).
Selain lokasi tersebut, terdapat sembilan titik banjir paling parah di Jakarta. Sembilan daerah itu adalah Cipinang Melayu, Kali Angke, Kelapa Gading, Grogol, Kali Pesanggrahan, Kali Ciliwung, Kebon Jeruk, Kampung Melayu, dan Manggarai.
Basuki pun meminta kepada Pemprov DKI Jakarta agar menjalankan program normalisasi hingga ujung Kali Ciliwung. Selain itu, ia juga meminta pembangunan banjir kanal dan normalisasi Kali Pesanggrahan dapat dilakukan dengan baik untuk mengatasi banjir.
Menurut Basuki, pihaknya juga menargetkan dua bendungan selesai dibangun pada 2020 untuk membantu penyerapan air.
“Bendungan Ciawi dan Cimahi sudah 90%. Kita targetkan 2020 ini selesai,” ujarnya.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan membantah alasan normalisasi yang belum menyeluruh menjadi salah satu penyebab banjir. Ia menuturkan, normalisasi tidak berpengaruh apabila tidak diimbangi dengan pengendalian arus air dari wilayah selatan Jakarta.
“Salah satu contohnya normalisasi di Kampung Melayu, tapi tetap saja banjir kan? Penggalian air sebelum ke pesisir itu harus berjalan,” ucap Anies di lokasi yang sama.