Tumpukan bebatuan yang tersusun rapi seperti bangunan candi, ditemukan warga Dusun Duwet, Desa Wukirsari, Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Namun, pihak Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Yogyakarta meminta warga mengubur kembali temuan tersebut.
Sartono, warga Dusun Duwet yang menemukan tumpukan batu tersebut mengatakan, susunan batu yang ditemukannya tampak menyerupai sudut bangunan. Bebatuan tersebut ia temukan di area tanah miliknya yang akan dijadikan kolam.
"Ada sekitar empat batu seperti sudut bangunan, panjangnya masing-masing sekitar 30 sentimeter," kata Sartono di lokasi penemuan batu di Sleman, Yogyakarta, Rabu (3/4).
Menurutnya, penemuan ini bukan kali pertama terjadi. Warga dusun kerap kali menemukan batu-batu yang diduga penyusun sandi, namun dalam jumlah yang lebih sedikit.
Pria 62 tahun itu mengatakan, ada sekitar 20 batu yang diyakini merupakan bagian candi yang telah ditemukan warga. Hanya saja, saat ini bebatuan tersebut tergeletak begitu saja, di antaranya ada di saluran air.
"Setiap kali menggali tanah pasti ada batuan candi yang ukurannya besar-besar," katanya.
Sartono yang berencana memakai batu tersebut untuk batu fondasi kolam ikan yang akan dibuatnya, urung menjalankan niat tersebut. Ia tak diperbolehkan karena batu tersebut merupakan peninggalan sejarah.
Namun Sartono juga mengaku keberatan jika petugas melakukan penggalian di area kolam ikan miliknya, untuk memastikan keberadaan candi. Ia tak mau berspekulasi dengan mengorbankan salah satu sumber pendapatan keluarganya.
Kepala Unit Penyelamatan, Pengembangan, dan Pemanfaatan BPCB Yogyakarta Muhammad Taufik mengatakan, kemungkinan adanya candi di lokasi tersebut bisa saja terjadi. Indikasinya, bebatuan yang ditemukan berada tepat di lokasi yang biasanya dibangun candi, yaitu di dekat sumber air.
Sebelum temuan ini, BPCB Yogyakarta juga telah menemukan sebuah Yoni dari sekitar lokasi tersebut. Meski ada indikasi awal di lokasi itu ada candi, BPCB belum berencana melakukan penggalian.
"Di lokasi sudah dibikin kolam warga, kami sudah mendokumentasi semua temuannya, terus sudah merekam titik koordinatnya. Kemarin kami minta untuk ditimbun saja," kata Taufik.
Menurutnya, penimbunan kembali merupakan bagian dari upaya pelestarian. Sebab jika dipindahkan ke lokasi lain, bebatuan yang ditemukan justru kehilangan konteks.
"Kalau keluar konteks nanti tidak bisa diceritakan, tidak ada runtutannya," katanya. (Ant)