Nasib nahas menimpa Suwandi, warga Kelurahan Unyur, Kota Serang, Banten, pada saat pelaksaan pemilihan umum atau Pemilu 2019. Pria berusia 26 tahun itu dikeroyok oleh keluarga calon legislatif dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) berinisial MU.
Suwandi menjelaskan, kronologi pengeroyokan yang menimpa dirinya bermula ketika istri dari caleg MU berinisial HS menuduhnya melakukan pencoblosan dua kali pada pemungutan suara pemilu yang berlangsung pada Rabu, 17 April 2019. Tuduhan itu dilontarkan HS di area tempat pemungutan suara (TPS) yang tak jauh dari tempat tinggal korban.
“Padahal waktu itu saya lagi nongkrong doang sama yang lain sambil lihat penghitungan surat suara. Tapi tiba-tiba dituduh kayak gitu,” kata Suwandi di Serang, Banten pada Kamis, (25/4).
Karena tidak merasa melakukan tindakan seperti yang ditudahkan, Suwandi mencoba membela diri membantah tudingan tersebut. Alih-alih mereda, justru terjadi perdebatan antara keduanya hingga memicu adu mulut antara Suwandi dengan HS.
Perdebatan keduanya lantas menjadi pusat perhatian warga. Khawatir mengganggu ketertiban proses penghitungan suara, Suwandi diminta untuk meninggalkan area TPS yang kebetulan ada di lingkungan madrasah. Di tempat tersebut, kata Suwandi, memang ada empat TPS yang terdiri atas TPS 52, 53, 54 dan 93.
“Saya waktu itu nyoblosnya di TPS 53. Lalu setelah nyoblos, nongkrong di depan TPS 93 sambil ngopi sama temen. Mungkin karena nongkrong di TPS 93, saya dituduh nyoblos lagi atau dua kali. Padahal, saya tidak tahu apa-apa dan tak merasa seperti itu,” katanya.
Setelah meninggalkan TPS, Suwandi kemudian singgah di rumah tetangganya. Tak lama berselang, Suwandi malah didatangi oleh anak dari caleg PDIP berinisial U. Kepada Suwandi, U meminta untuk kembali ke lokasi madrasah.
Saat itu, Suwandi sebetulnya sudah curiga. Sebab, tanpa basa-basi sang anak langsung menyeretnya ke keluar dari rumah tetangganya. “Kerah baju saya langsung ditarik sama dia. Waktu saya tanya, ada apa ini kang? Dia malah bilang ‘uwis aje wakeh takon sireu’ (sudah jangang banyak tanya kamu),” tutur Suwandi.
Kecurigaan Suwandi rupanya benar. Setibanya di depan madrasah yang dipakai untuk TPS, U dan M, selaku kerabat caleg PDIP itu langsung melayangkan bogem mentah kepada Suwandi. Suwandi hampir tersungkur ke tanah akibat pukulan yang diterimanya.
“Di sana sudah ada yang menunggu. Dia ikut mukulin saya. Kalau menurut keterangan warga, caleg sama istrinya ada saat saya dipukuli. Soalnya, yang saya rasakan waktu itu, leher saya tiba-tiba ada yang mukul. Abis dari sana tidak ingat lagi, tahunya kerasa sakit di bagian muka sama perut,” ucapnya.
Beruntung pada saat pengeroyokan, ada dua warga yang sempat melerai. Suwandi kemudian diamankan ke rumah seorang warga untuk menghindari aksi kekerasan lainnya.
Tak terima dengan pengeroyokan itu, Suwandi kemudian datang ke Mapolres Serang Kota untuk melaporkan kejadian tersebut. Namun, saat itu banyak personel kepolisian tak ada karena sedang mengamankan TPS. Suwandi kemudian diminta datang keesokan harinya.
Pada Selasa (23/4), Suwandi resmi melaporkan dua anggota keluarga caleg PDI Perjuangan tersebut. Korban juga sudah menyerahkan hasil visum dokter atas aksi pengeroyokan yang ia terima.
"Saya sudah buat laporan, hasil visumnya juga sudah diserahkan," kata Suwandi.
Dikonfirmasi terpisah, Kasat Reskrim Polres Serang Kota, AKP Ivan Adhitira, membenarkan telah menerima laporan dugaan pengeroyokan yang menimpa Suwandi. Saat ini, kata Ivan, laporan masih masih didalami oleh penyidik kepolisian.
"Masih kita selidiki. Kita masih kumpulkan alat bukti. Kalau sudah ditangkap, kita baru bisa dipastikan dia caleg atau bukan," kata Ivan.