Anggota Komisi X DPR, Andreas Hugo Pareira, menyambut baik langkah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mengubah sistem penerimaan mahasiswa baru (maba) perguruan tinggi negeri (PTN), termasuk Seleksi Bersama Masuk PTN (SBMPTN).
Mulanya, ujian SBMPTN dilakukan dengan menggunakan banyak materi dari mata pelajaran (mapel). Lantaran dinilai memicu turunnya kualitas pembelajaran, maka diganti menjadi tes skolastik yang mengukur potensi kognitif, penalaran matematika, serta literasi bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.
"Saya kira, ini hal yang baik meskipun bukan hal yang baru. Itu dalam arti banyak perguruan tinggi bahkan di perguruan tinggi swasta (PTS) hal tersebut sudah dilakukan jauh-jauh hari sebelumnya," katanya, Minggu (11/9).
Menurut Andreas, transparansi dalam pelaksanaan ujian, seperti sistem penilaian dan rekrutmen melalui kriteria-kriteria yang jelas, menjadi hal yang penting dalam transformasi tersebut. Baginya, ini guna menghilangkan korupsi dari dunia pendidikan.
Selain itu, dia menyoroti sikap PTN maupun PTS yang acap kali menempatkan diri sebagai industri. Khususnya, mengedepankan aspek komersial.
Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) ini menerangkan, tak jarang input yang masuk dari anak muda sering diukur berdasarkan kontribusi iuran, bukan karakter atau prestasinya. Dengan demikian, aspek pengembangan mendidik anak muda agar berprestasi serta mengubah cara berpikir dan memiliki karakter baik mesti menjadi atensi.
"Kita kembalikan kepada akar dari pada dunia Pendidikan, yaitu lembaga yang akan mengubah melakukan perubahan terhadap seorang manusia dari yang sekarang menjadi yang lebih baik untuk ke depannya," tandasnya.