Kementerian Pertanian (Kementan) berencana memproduksi massal kalung antivirus corona atau Covid-19. Rencananya produksi dilakukan bulan depan. Namun rencana ini banyak menuai pro kontra. Di antaranya dari anggota Komisi IV DPR yang mempertanyakan efektivitas kalung yang dibuat berbasiskan tanaman atsiri (eucalyptus) untuk melindungi masyarakat dari Covid-19.
Anggota Komisi IV DPR Andi Akmal Pasluddin mengatakan, sebaiknya Kementan tidak terburu-buru memproduksi kalung tersebut. Pasalnya belum ada uji valid dari lembaga lain, yang ada hanya klaim dari internal Kementan saja.
"Ini bakal jadi barang yang diperjualbelikan. Bukan barang gratis. Kalau komersil itu harus diuji oleh lembaga pemerintah lain, misalnya Kementerian Perindustrian (Kemenperin) dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)," kata Akmal kepada Alinea.id, Minggu (5/7).
Jika belum ada uji coba selain yang dilakukan oleh Kementan, itu artinya produk kalung yang dihasilkan Kementan belum memenuhi syarat untuk diproduksi secara massal.
Selain itu, Akmal mengaku bingung teknis kerja produk tersebut menjadi antivirus. Pasalnya belum ada penjelasan detail dari para ahli.
"Saya habis pikir bagaimana sistem kerjanya. Dikarenakan bentuknya kalung. Kalau yang bentuknya roll dan minyak disinfektan saya sudah coba, cukup bagus. Tetapi kalau dalam bentuk kalung bagainana cara kerjanya?" papar dia.
Oleh sebab itu, Komisi IV akan meminta penjelasan kepada Kementan dalam kesempatan rapat kerja. Apalagi produk ini telah menuai banyak pertanyaan masyarakat juga.
Lebih jauh, Akmal menegaskan, jangan sampai Kementan hanya fokus pada kalung ini saja. Hal yang lebih urgen bagi politikus PKS itu, adalah ketahanan pangan dan kesejahteraan petani di tengah pandemi.
"Jangan terlalu ribut masalah kalung itu, sehingga mengaburkan fungsi Kementan untuk menjamin ketersediaan pangan, itu yang paling utama. Kemudian yang kedua, bisa menyejahterakan petani-petani kita," pungkasya.
Hal senada juga dikatakan anggota Komisi IV DPR lainnya, Daniel Johan. Politkus PKB itu menyarankan lebih baik Kementan memerhatikan urusan ketahanan pangan daripada kalung ini.
Jika ketersediaan kalung diperlukan, sejatinya harus melewati penelitian yang tidak prematur. Kementan harus melibatkan para ahli agar masyarakat bisa lebih percaya.
"Harus para ahli yang menjelaskan, bukan Kementan," papar Daniel.
Sebelumnya Kementan dalam keterangan tertulisnya, menyebutkan produk ini bukan merupakan obat bagi virus Covid-19, namun bagian dari upaya pencegahan terjadinya infeksi Covid-19. Berdasarkan uji lab, aroma eucalyptus memiliki kemampuan menghancurkan sel virus influenza dan gamma corona.
"Produk antivirus tersedia dalam berbagai bentuk seperti, inhaler, roll on, salep, balsem, dan diffuser. Inovasi ini diharapkan dapat menjadi harapan baru dalam mencegah virus Covid-19," kata Kementan dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (4/7).