close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Penumpang duduk dengan penerapan jaga jarak di tengah pandemi Covid-19 saat menaiki MRT Jakarta, DKI Jakarta. Foto Antara/Aprillio Akbar
icon caption
Penumpang duduk dengan penerapan jaga jarak di tengah pandemi Covid-19 saat menaiki MRT Jakarta, DKI Jakarta. Foto Antara/Aprillio Akbar
Nasional
Rabu, 24 Februari 2021 22:59

DPRD DKI ungkap potensi sabotase proyek MRT

Di tengah pujian operasional MRT dan kelanjutan fase II, masih ada yang perlu dibenahi. Salah satunya pengawasan keamanan.
swipe

Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetio Edi Marsudi menyoroti lemahnya pengawasan keamanan di lingkungan PT MRT Jakarta. Akibatnya, rawan disusupi orang atau pihak tak bertanggung jawab.

Hal tersebut diungkapkan Pras sapaan karibnya saat menggelar rapat laporan keuangan dan pertannggung jawaban PT MRT Jakarta. Dia menilai, di tengah pujian operasional MRT dan kelanjutan fase II, masih ada yang perlu dibenahi. Salah satunya pengawasan keamanan.

Menurut dia, pernah terjadi kehilangan laptop milik kontraktor Jepang di tahun 2018. Laptop itu berisi data-data pembangunan sebelum moda raya terpadu beroperasi. Namun, tindak kriminalitas itu tidak pernah dilaporkan ke kepolisian.

"Apapun ceritanya MRT ini adalah proyek vital, dan kalau sampai data-data ini ada di tangan orang yang salah bisa bahaya ini. Saya minta Direktur Operasional PT MRT menjawab kenapa tidak pernah melaporkan ke polisi, jangan bilang tidak tahu, karena saya tahu semua," ujarnya dalam keterangan tertulisnya, Rabu (24/2).

Pras memastikan, komputer jinjing tersebut merupakan aset negara yang perlu dijaga kerahasiaannya mengingat kerja sama pembangunan MRT yang dijalin Indonesia-Jepang.

Jika terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan, maka bukan tidak mungkin dunia akan menyoroti buruknya pengendalian pengawasan pembangunan dan operasional MRT di Jakarta.

"Kenapa tidak dilaporkan ke Polisi? Itu barang negara. Negara dirugikan. Kalau katanya sudah diganti, mengganti memang gampang, tapi pertanggung jawaban kita bagimana? Saya minta pertanggung jawaban, laporkan ke polisi, dan saya minta bukti pelaporan," tuturnya.

Dalam kesempatan itu, Direktur Operasi dan Pemeliharaan PT MRT Jakarta, Muhammad Effendi mengakui, sistem pengamanan di kantor Depo MRT pada saat itu memang belum memadai.

"Jadi, itu sudah lama sekali sejak 2018. Seingat saya, mungkin waktu itu pengamanan kami tidak sebaik sekarang, jadi itu kehilangan di kantor Depo. Kita sudah berusaha cari, dan saat itu kita belum ada CCTV. Yang kami lakukan saat itu adalah mengganti," terangnya. 

Dilokasi yang sama, Direktur Utama PT MRT Jakarta William Sabandar mengaku akan segera melaporkan kejadian tersebut ke pihak Polda Metro Jaya secepatnya. "Siap, secepatnya akan kita buat laporan," tandasnya.

img
Achmad Rizki
Reporter
img
Achmad Rizki
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan