Indonesia Police Watch (IPW) mengkritisi kinerja Kapolri Jenderal Idham Azis di penghujung masa jabatannya. Idham dinilai masih menyisakan dua perkara tak kunjung usai. Dua perkara tersebut adalah pembunuhan satu keluarga di Sigi, Sulawesi Tengah oleh kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) dan pembunuhan enam anggota Laskar Front Pembela Islam (FPI).
Ketua Presidium IPW Neta S Pane mengatakan, belum tertangkapnya 14 anggota MIT pimpinan Ali Kalora menjadi satu cacat bagi Idham yang memiliki latar belakang Densus 88 Antiteror. Neta berpandangan, Idham yang pernah menjabat sebagai Kapolda Sulawesi Tengah seharusnya dapat menangkap anggota MIT sebelum pensiun.
"Ketidakmampuan menuntaskan kasus Sigi adalah kegagalan Idham Azis sebagai mantan petinggi Densus 88, yang selama ini sangat agresif memburu teroris. Tapi sudah 35 hari pelakunya belum juga tertangkap oleh jajaran kepolisian," ujar Neta dalam keterangan resminya, Selasa (5/1).
Neta berharap menjelang Idham Azis pensiun sebagai Kapolri, kelompok Ali Kalora bisa ditangkap. Sehingga penangkapan dapat menjadi hadiah pensiun bagi Idham agar tidak meninggalkan utang kasus yang sulit diselesaikan oleh Kapolri selanjutnya.
Menurut Neta, belum terungkapnya pembunuhan enam anggota Laskar FPI juga menjadi borok lain di ujung kepemimpinan Idham Azis. "Sementara kasus terbunuhnya enam anggota laskar FPI juga masih penuh kontroversial yang tidak mudah dituntaskan. Apalagi Komnas HAM masih terus mengumpulkan bukti bukti adanya dugaan pelanggaran HAM dalam kasus ini," tuturnya.
Neta berharap Kapolri selanjutnya dapat memiliki manajemen internal yang dapat menuntaskan dua 'pekerjaan rumah' (PR) dari Idham tersebut.
Kapolri baru, kata Neta, juga perlu melakukan berbagai pendekatan kepada tokoh-tokoh masyarakat untuk membantu Polri menuntaskan 'warisan' Idham Azis tersebut.