Pengamat terorisme Al Chaidar merespons dua insiden penembakan yang terjadi di Aceh belum lama ini. Pertama kasus penembakan pos polisi, dan kedua penembakan Komandan Tim Badan Intelijen Strategis (BAIS) Pidie, Kapten Abdul Madjid.
Ia meyakini pelaku penembakan adalah kelompok etnonasionalis yang muncul sebagai respons dari buruknya tata kelola pemerintahan saat ini. Mereka, kata Al Chaidar, merasa tidak puas dengan pemerintahan yang ditandai oleh banyaknya kasus korupsi, terutama di Aceh.
"Yang melakukan tembakan terhadap kantor Polsek itu adalah kelompok etnonasionalis. Pelaku penembakan terhadap komandan tim BAIS di Pidie adalah juga dari kelompok juga etnonasionalis. Kelompok etnonasionalis ada sekitar tujuh atau sembilan kelompok yang menamakan dirinya macam-macam,” ujarnya kepada Alinea.id, Sabtu (30/10/2021).
Menurutnya, keinginan untuk memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) selalu hidup di dalam masyarakat yang tata pemerintahannya sangat buruk.
"Masyarakat yang hidup di tengah subur korupsi biasanya sangat banyak terjadi gerakan-gerakan liar. Kelompok ini berusaha menghancurkan dan ingin memisahkan diri,” kata dosen antropologi Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe ini.
Karena itu, ia menyarankan negara harus tampil kuat dan stabil dengan menciptakan kondisi yang kondusif, menekan angka kemiskinan, dan menyediakan lapangan pekerjaan.
"Bila lapangan pekerjaan serta pendapatan tidak didistribusikan secara merata, akan mudah sekali untuk terjadinya gangguan keamanan yang bisa mengarah kepada pemberontakan,” bebernya.
"Terutama di Aceh yang banyak kasus korupsi, sehingga termiskin di Sumatera,” pungkasnya.
Sebelumnya, terjadi insiden penembakan terhadap pos polisi Panton Reu di Gampong Manggi, Aceh Barat pada Kamis (28/10). Hasil olah tempat kejadian perkara (TKP) polisi menemukan beberapa proyektil peluru berkaliber 7,62 x 39 dan 5,56 x 45 mm. Insiden penembakan kembali terjadi dengan menyasar seorang perwira TNI Dantim BAIS di Pidie Aceh.