close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Duta Besar Ukraina untuk Indonesia Vasyil Hamianin. Alinea.id/Daniel Prasetyo
icon caption
Duta Besar Ukraina untuk Indonesia Vasyil Hamianin. Alinea.id/Daniel Prasetyo
Nasional
Kamis, 30 Juni 2022 13:41

Dubes Ukraina: Seperti Indonesia dulu. Dengan tongkat bambu, mereka melawan tank

Bukti-bukti yang dikumpulkan pemerintah Ukraina mengindikasikan terjadi genosida di kota-kota yang diserbu militer Rusia.
swipe

Digelar sejak 24 Februari 2022, invasi militer Rusia ke wilayah Ukraina telah berlangsung lebih dari seratus hari. Kota-kota penting di kawasan timur dan selatan Ukraina telah takluk. Sebagian rata dengan tanah. Ribuan warga sipil dilaporkan tewas dan puluhan ribu lainnya dipaksa mengungsi karena terdampak perang. 

Meski situasinya buruk, Dubes Ukraina untuk Indonesia Vasyl Hamianin meyakini pasukan Ukraina bisa membalikkan keadaan. Asalkan mendapat bantuan senjata dan amunisi, ia optimistis Ukraina bisa merebut kembali teritori yang jatuh ke tangan Rusia.

"Ini tentang intelijensi, mobilitas, dan motivasi, dan mereka (Rusia) tidak termotivasi. Tetapi kami sangat termotivasi karena kami mempertahankan wilayah kami, anak-anak kami," kata Hamianin dalam wawancara khusus dengan Alinea.id di Kedubes Ukraina, kawasan Kuningan, Jakarta, belum lama ini.

Menurut Hamianin, Rusia saat ini sudah menguasai 20% wilayah Ukraina. Itu setara luas Austria digabung Swiss. Namun, ia menyebut gerak invasi Rusia terhenti karena perlawanan militer Ukraina dan rakyat di berbagai front pertempuran. 

"Lihatlah apa yang terjadi di selatan Ukraina. Di daerah itu, banyak kelompok gerilyawan mulai melakukan sesuatu. Mereka mulai meledakkan sesuatu di sini dan di sana... Jadi, bagaimana Rusia memenangkan perang ini? Bagaimana kalian akan menguasai wilayah ketika semua warga membencimu?" tanya dia. 

Hamianin mengungkapkan ada belasan ribu kejahatan perang yang didokumentasi pemerintah Ukraina bersama tim independen di kota-kota yang menjadi medan pertempuran, termasuk di antaranya pembantaian terhadap warga sipil dan pemerkosaan terhadap remaja dan anak-anak. 

Pada kesempatan itu, Hamianin juga mengutarakan asa agar pemerintah Indonesia lebih serius membantu mengakhiri konflik. Sebagai tuan rumah KTT G20, ia ingin Presiden Jokowi mendorong semua anggota G20 mengebiri kemampuan militer Rusia.  

Berikut petikan wawancara tim redaksi Alinea.id bersama Dubes Ukraina Vasyl Hamianin: 

 

Sejak awal banyak klaim yang dirilis Putin untuk menjustifikasi perang ini, termasuk di antaranya menyebut Ukraina sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Rusia, klaim membebaskan Ukraina dari kaum Nazi, dan klaim lainnya. Apa pendapat Anda mengenai klaim-klaim itu? Adakah yang relevan? 

Selama tiga abad terakhir, Rusia telah melakukan hal yang sama seperti yang sekarang mereka lakukan terhadap Ukraina. Mereka mengakui wilayah teritorial negara-negara. Kalau Anda ingat, mereka mengklaim satu juta kilometer persegi dari teritorial China yang ditempati oleh Rusia. Perang terhadap Finlandia menyebabkan 20% teritorial Finlandia dikuasai Rusia. Ingat pula pada Perang Dunia II, saat Rusia mengakhiri Nazi, Rusia memotong setengah bagian Polandia. Aktivitas mengakusisi wilayah itu tidak berhenti setelah Perang Dunia II. Rusia masih mengklaim penguasaan wilayah sebagai upaya pembebasan Hungaria, Polandia, Republik Ceko, Yugoslovakia dan lainnya. Mereka tetap di bawah kontrol dari Rusia atau Uni Soviet ketika itu. Kapan pun negara bebas yang ingin merdeka, Rusia memindahkan militernya. Rusia mengerahkan militernya ke Ceko, Praha, Budapest dan sebagainya. Tentunya pengakusisian territorial itu utamanya diarahkan ke tetangganya seperti Ukraina, negara-negara Baltik, Kazakhstan, Kirgystan dan lainnya.

Dalam seratus hari terakhir, banyak pidato dari politikus Rusia tentang Kazakhstan. Sebagai contoh, mereka mengatakan bahwa sepertiga teritori Kazakhstan adalah milik Rusia. Lalu, setengah dari wilayah Ukraina juga milik Rusia karena satu dan lainnya. Untuk terdengar lebih persuasif, mereka membuat banyak mitos, banyak dongeng tentang betapa baiknya Rusia. Mereka menyatakan tidak pernah menyerang negara lain. Jika dibandingkan dengan kenyataannya, Anda akan lihat bahwa itu tidak ada kesamaannya dengan realita yang terjadi. 

Pernyataan Rusia tidak pernah memulai peperangan, misalnya. Rusia selalu memulai peperangan. Rusia selalu memulai perang semenjak seratus hingga tiga ratus tahun belakangan. Dalam tiga puluh tahun terakhir, setelah runtuhnya Uni Soviet, mereka memulainya di Moldova pada 1991-1992. Mereka memulai perang di Georgia di waktu yang sama dan mereka memulai dua perang di Chechnya. Mereka membunuh lebih dari 300 ribu orang penduduk di sana. Ketika Chechnya mendeklasrasikan kemerdekaannya, mereka memulai perang di Georgia pada 2008. Mereka memulai perang di Ukraina pada 2014, mereka memberi bantuan perang di Suriah. Mereka selalu menyerang teritori negara yang damai dan bertujuan untuk meneror. 

Di mana pun militer Rusia berada, mereka memulai perang untuk membunuh penduduk setempat. Tidak hanya membunuh, bahkan menyiksa, menghancurkan infrastruktur, dengan serangan langsung dari tank, pelontar bom, pemboman terhadap perumahan dan infrastruktur. Jika mereka ingin membebaskan seseorang, itu berarti mereka akan membunuh, mereka akan menghancurkan, dan akan mengubah tempat yang damai dan indah menjadi padang pasir yang tandus. Anda lihat apa yang terjadi pada Kota Mariupol. Mereka meratakannya dengan tanah sampai tidak ada orang yang dapat tinggal di sana. Kota itu harus dibangun kembali dari awal. 

Tentang klaim teritorial berbasis sejarah yang dikatakan Rusia, kita dapat mengatakan apa pun. Negara mana pun di dunia ini dapat mengakui apa pun. Sekarang, Anda bisa mulai, mungkin dari Mongolia, dari kerajaan Romawi. Berbasis sejarah, Italia bisa saja mengakui setengah dari Eropa adalah milik Italia. Spanyol dapat mengakui setengah dari dunia adalah miliknya... Sejauh mana kita pergi untuk mencari tahu suatu wilayah itu milik suatu negara atau bukan di masa lalu?

Putin mengatakan ingin membebaskan orang-orang berbahasa Rusia yang terkurung di Ukraina. 

Faktanya, mereka membunuhnya. Ini adalah poin yang menunjukkan mereka berbohong. Ini bukan pembebasan. Ini adalah pembunuhan massal. Ini (tindakan militer Rusia saat perang) masuk ke dalam semua karakter dari genosida. 'Jika kamu orang Ukraina, tidak peduli apa bahasa yang kamu pakai, bahasa Rusia atau Ukraina atau yang lainnya, jika kalian orang Ukraina, kami bunuh.' Ini adalah realita yang kami hadapi. 

Bagaimana dengan klaim Ukraina dikuasai Nazi? 

Kembali, saya menyebutkan “logika cermin.” Jika kalian ingin mengetahui sebuah fakta, kamu mengambil sebuah perkataan Rusia, propaganda Rusia atau Presiden Rusia dan letakkan di depan cermin. Anda akan melihat realitanya. Tidak perlu terlalu jauh. Anda bisa lihat di kamus apa itu nazisme, apa itu fasisme, dan apa ciri-ciri utamanya. Anda akan lihat 90% dari definisi tersebut cocok dengan realitanya Rusia. Mereka mempunyai diktator selama dua puluh tahun. Tidak ada pemilu (demokrasi), tidak ada oposisi, tidak ada kebebasan media. 
Mereka memiliki klaim superioritas bahwa Rusia lebih baik dari yang lain. Mereka mengakusisi wilayah-wilayah dengan agresif. Ingatlah Hitler. Hitler mulai dari apa? Orang Austria yang berbahasa Jerman. Mereka menuju Austria dan mengambilnya dengan (bilang), "Orang Austria yang berbahasa Jerman membutuhkan bantuan kita (Jerman). Republik Ceko adalah wilayah tradisional Jerman dan orang-orang yang berbahasa Jerman. Lalu, Hitler menguasainya. Hitler mengatakan, 'Kami lebih baik dari yang lain'. Lalu, mereka kuasai Polandia dan yang lainnya. Ini adalah yang terjadi di Rusia. Jadi, siapa yang fasis di sini? 

Jika Ukraina mempunyai diktator, orang-orang tentu akan merasa hidupnya sangat buruk. Pada saat tentara pembebasan datang, apa yang akan dilakukan orang-orang? Oke, mereka (seharusnya) menyerah dan mereka bilang, 'Silakan datang dan bebaskan kami'. Tapi, apa yang dilakukan oleh orang Ukraina? Melawan. Mereka melawan meskipun tidak mempunyai senjata, seperti Indonesia saat dulu. Dengan tongkat bambu, mereka melawan tank.

 

 

Anda sempat menyebut Rusia sebagai negara pemeras dan Ukraina menjadi korban dari pemerasan itu dalam berbagai hal. Apa maksudnya? 

Itu adalah salah satu instumen kebijakan luar negeri paling buruk yang dimiliki Rusia. Rusia anggota Dewan Keamanan (DK) PBB dan mereka punya hak veto. Sebagai contoh, dalam delapan tahun peperangan di Donbass,  Ukraina sebelas kali meminta pasuken helm biru (PBB) untuk masuk menjadi penengah. Sebelas kali Ukraina meminta itu dan sebelas kali ditolak oleh Rusia. 

Kedua, Rusia adalah salah satu negara nuklir terbesar. Dengan demikian, mereka mempunyai tugas untuk menjaga perdamaian. Tidak untuk memulai sesuatu yang buruk kepada dunia. Tetapi, kapan pun mereka tidak merasa senang, mereka bilang, 'Kita akan menggunakan senjata nuklir kepada siapa pun yang tidak kami sukai.' Setiap hari mereka mengatakan itu di televisi... Mereka katakan, 'Negara-negara Barat membantu Ukraina dengan mempersenjatai. Jika mereka membantu Ukraina, kami akan menggunakan senjata nuklir.' Ini adalah pemerasan atau penipuan atas nama nuklir. Sekali lagi, ini sangat bahaya karena kita tahu banyak negara di dunia yang memiliki senjata nuklir. Tidak semua di antara mereka sedang berdamai. 

Lalu, energy blackmailing. Ini adalah sesuatu yang telah kita alami selama tiga tahun terakhir. Ketika musim dingin tiba, ketika pemanas pusat menyala, setiap tahun mereka mengirimkan pesan, 'Kalian harus melakukan ini, ini, dan ini. Kalau tidak, kami akan memotong jalur gas dan kalian akan mati kedingingan.' Setiap tahun, mereka mengirimkan ancaman.

Seperti apa, misalnya, tuntutan Rusia terhadap Ukraina dalam "pemerasan" itu?

Sebagai contoh, ketika kita berbicara tentang armada tempur Rusia di Laut Mati. Pemerintah kita mengatakan, 'Kita tidak ingin kalian ada di Laut Mati.' Rusia bilang, 'Jika kalian bahkan mencoba untuk tidak setuju, kalian tidak akan mendapatkan gas.' 

Dalam delapan tahun terakhir, harga untuk minyak dan gas yang ditawarkan Rusia kepada kita itu 20-50% lebih tinggi dari pada di Eropa. Itulah mengapa sekarang kita harus membeli gas dari Eropa.  Rusia mengirimnya ke sana dan (kami mengimpor) kembali ke sini. Itu luar biasa sekali kan dan itu yang disebut energy blackmailing.

Lalu, pemerasan ekonomi. Rusia menjadi pasar besar untuk makanan kami, dan produk-produk yang lainnya untuk waktu yang lama. Mereka mengatakan, 'Jika kalian tidak menerima (keinginan kami), jika kalian tidak menjual mesin untuk helikopter, misalnya, kami tinggal embargo semua makanan kalian.'

Secara ekonomi, apakah Ukraina masih tergantung pada Rusia? 

Tidak, kita tidak lagi membeli apa pun dari Rusia dan kita tidak lagi menjual apa pun ke Rusia karena kami tidak ingin bergantung...

Sejak kapan?

Sejak lebih dari 100 hari perang ini terjadi. Tetapi, sejak sebelum terjadinya perang ini, kami sudah berhenti mengimpor gas dan minyak dari Rusia.

Seberapa banyak wilayah Ukraina yang telah ditaklukkan Rusia saat ini? 

Saya akan mengatakan 20% totalnya wilayah Ukraina dan ini adalah wilayah yang besar. Mereka menduduki itu sementara. Saya akan mengatakan itu dalam penguasaan Rusia sekarang, tapi saya pikir itu tidak akan lama. Wilayah ini, jika kalian menggabungkan Austria dan Swiss, kurang lebih luasnya sebesar itu. Ya, kebanyakan di kawasan timur dan selatan. 

Berapa jumlah warga Ukraina yang mati hingga saat ini karena perang? 

Ada dua statistik. Pertama, dari Komisi Hak Asasi Manusia PBB. Mereka mengkalkulasinya. Tapi, ini membuktikan jumlah kematian. Kita mengetahui siapa yang mati, nama, dan sebagainya. Ini terbukti 100% valid. Mengacu pada data ini, mereka mengatakan 5.000 orang Ukraina mati dan 7.000 cedera. Persoalannya, kita masih tidak mengetahui berapa ribu orang yang terkubur di bawah kota yang dihancurkan, seperti Kharkiv, Mariupol, dan Severodonetsk. Kita masih tidak mengetahui karena orang-orang masih tinggal di sana. Mereka tidak bisa pergi, mereka tetap di sana.

Jadi, kita tidak mengetahui pasti. Tapi, menurut (gambar) satelit, dan kita mempunyai daftar orang-orang yang berhasil selamat dari Mariupol ke wilayah Ukraina sebagai contohnya, dan kita mengetahui jumlah penduduk di sana, dan kita tahu orang-orang yang digiring ke arah barat. Jadi, berdasarkan ini, ada sekitar sekitar 100 ribu orang, yang mana sekitar 10 ribu di antaranya sudah meninggal. Yang masih hidup mungkin sekarang sekarat akibat pemboman dan serangan misil dari wilayah timur yang belum berhenti.

Ilustrasi korban tewas dalam Perang Rusia-Ukraina. /Foto dok. Kedubes Ukraina

Sejumlah media massa internasional, termasuk di antaranya media-media di Indonesia, menyebut terjadi genosida di Ukraina. Apakah benar yang terjadi seperti itu? 

Genosida harus diindentifikasi dan dibuktikan oleh pihak berwajib. Itu adalah tindakan kriminal yang sangat serius. Orang-orang yang  dinyatakan bersalah pada tindak genosida akan otomatis dihukum selama mungkin atau seumur hidup di penjara. Mereka membunuh banyak orang, mereka dapat menghancurkan banyak kota, tapi itu mungkin bukan genosida. Genosida adalah seperti pembantaian atau penghancuran atas umat manusia atas umat tertentu atau ras tertentu, agama tertentu, warna kulit, mungkin suku tertentu, seperti Hitler yang mengatakan orang Yahudi dan kaum Gypsy akan dihancurkan. 

Meski begitu, sikap tentara Rusia bersikap pada Ukraina menunjukkan semua karakteristik dari genosida. Ada terlalu banyak rekam jejak, bukti. Terlepas dari apa agama mereka, ortodoks atau bukan, bahasa dan keyakinan, mereka semua dibunuh mereka memiliki paspor yang salah. Mereka mempunyai paspor Ukraina. Dengan otomatis, mereka bagian dari negara musuh yang harus dihancurkan. Lalu, dalam penghancuran kota-kota. Anda bisa melihat ada gedung dengan penanda ada anak-anak di dalamnya. Tanda yang besar untuk bisa dilihat dari pesawat. Mereka lihat itu dan membomnya tepat ke tempat itu dengan sengaja. 

Di semua tempat-tempat yang dihancurkan Rusia itu, mereka melakukan ratusan kejahatan perang terhadap kemanusiaan yang sangat buruk, seperti memperkosa anak kecil. Itu terjadi ratusan kali. Tidak hanya sekali atau dua kali. Itu benar-benar terjadi dan saya takut itu masih terjadi. Jadi, ada lelaki yang melakukan pemerkosaan terhadap anak dua tahun, merekamnya, dan mengunggahnya di media sosialnya. Mereka diidentifikasi dan diketahui oleh kami.

Hal ini juga yang luar biasa kami temukan. Di kota-kota itu, ada banyak mayat ditemukan dengan tangan terikat dibelakang. Matanya ditutup dan militer Rusia menembaknya di kepala dari belakang. Itu tidak seperti mati dalam peperangan atau mungkin terkena bom. Ini adalah pembunuhan, pembunuhan dengan darah dingin. Saat ini, kami menampung banyak perempuan remaja dan anak kecil masih trauma karena pemerkosaan.

Anda lihat perkataan-perkataan dari politisi Rusia. Artikel yang mereka tulis. Apa yang mereka katakan? Mudah sekali untuk dimengerti. Mereka katakan bahwa Ukraina tidak punya hak untuk eksis. Dan, mereka (Rusia) katakan apa yang dapat mereka perbuat kepada orang Ukraina. 'Kita harus melarang Bahasa Ukraina, melarang nama Ukraina, menghapusnya dari peta. Kita harus mengubah orang-orangnya. Apabila orang-orang tak ingin berubah (kewarganegaraan), mereka akan masuk ke kamp konsentrasi.'

Bagaimana warga Ukraina bertahan hidup di tengah perang?

Itu tidak mudah. Saya berikan satu contoh. Mariupol. Pada hari pertama perang, agresor Rusia menghancurkan persediaan air, persediaan listrik, pemanas, gas, dan makanan. Semua logistik telah dihancurkan, Kotanya diblokade, kotanya dikelilingi (tentara Rusia), digempur bom dan misil secara terus menerus. Jadi, bagaimana orang-orang bisa bertahan selama lebih dari 80 hari? 

Kita mewawancarai orang yang lolos Mariupol. Mereka mengatakan kita hidup satu setengah bulan di bawah tanah. Tidak sekalipun mereka ke luar ke permukaan. Selama empat puluh hingga lima puluh hari mereka ada di bawah tanah, dengan anak-anak. Saya mempunyai bukti ribuan foto-foto itu. Tidak ada listrik. Beberapa beruntung karena punya oven yang bisa digunakan untuk memasak dengan kayu atau batu bara.  Lalu, bagaimana mereka mendapatkan air? Didapatkan dari pemanas. Mereka mengambil dari toilet yang seharusnya hanya untuk cuci muka. Tetapi, mereka harus meminumnya karena tidak ada air.

Kami punya psikolog untuk merawat orang-orang yang berhasil lolos dari tempat yang diduduki Rusia, termasuk Mariupol. Jadi, baru-baru ini dua anak, adik dan kakak berusia 10 tahun dan 7 tahun, berhasil lolos dari Mariupole. Orang tuanya terbunuh sehingga mereka yatim-piatu. Psikolog ini berbicara kepada mereka, memberinya makanan. Mereka mengatakan, 'Apakah kami harus berbagi makanan ini dengan yang lain? Atau, kami bisa memakannya sendiri? Dia menuangkannya segelas air, dan mereka mengatakan ‘Apakah kami bisa meminum semuanya?’ Ini dua anak kecil. Anda bisa bayangkan sendiri bagaimana mereka bisa bertahan hidup. 

Kita tahu beberapa ribu orang mati hanya karena luka kecil, tetapi mereka tidak mempunyai obat-obatan. Tidak mempunyai semangat untuk membersihkan, dan mereka mati karena itu. Mariupol dihancurkan ketika temperatur di sana nol derajat. Saat itu kondisi sangat dingin dan orang-orang bahkan tidak mempunyai mantel karena mereka melarikan diri dari rumahnya yang dibom. 

Jika Anda mengenakan pakaian semacam ini dan berada pada suhu di bawah satu derajat, dan tidak mempunyai apa pun untuk dimakan, bagaimana Anda bertahan hidup? Jadi, banyak orang mati karena hal itu. Banyak orang mati karena dehidrasi, tidak ada air, khususnya anak kecil. Pada hari-hari terakhir di Mariupol, para tentara dan warga sipil yang terluka bahkan tidak mempunyai pembunuh rasa sakit. Jadi, pembedahan seringkali dilakukan tanpa penawar rasa sakit. Situasinya buruk sekali. 

Sejumlah analis menilai Rusia hanya menginginkan koridor teriritori untuk menghubungkan daratan Rusia dengan Semenanjung Krimea yang dikuasai pada 2014. Setelah itu, invasi akan berakhir. Anda melihat gelagat seperti itu? 

Tidak. Pertama-tama, mereka menduduki Mariupol. Lalu, mereka menduduki kota-kota lainnya. Poinnya, mereka seharusnya hanya menyerang dari sisi Mariupol dan dari sisi Krimea pada saat awal peperangan. Mereka tidak seharusnya bergerak ke Kyiv, ke Kharkiv. Mereka tidak membom Chernihiv dan kota lain. Mereka seharusnya tidak mencoba untuk menduduki Pelabuhan Odessa dan lainnya. 

Anda tahu kini mereka membentuk yang namanya Republik Kherson. Mereka mulai untuk mengenalkan mata uang Rusia, paspor Rusia. Semua omong kosong itu dan itu tidak ada gunanya di dunia modern. Paspor Rusia sekarang tidak berarti apa pun atau tidak berharga. Paspor itu sudah diblokir dari banyak negara dan itu tidak berguna. Jadi, jelas sekali bahwa mereka tidak hanya ingin koridor teritori ke  satu wilayah, yaitu Kremia. Jangan lupakan bahwa Kremia juga bagian Ukraina, bukan bagian Rusia. Walaupun diduduki Rusia, kami harus mengambilnya kembali.

Kepada Presiden Jokowi belum lama ini, Putin mengatakan negosiasi untuk mengakhiri konflik tengah berjalan. Presiden Zelenskyy juga berulangkali mengatakan ingin ada pertemuan dengan Putin. Sejauh ini, sudah adakah langkah-langkah konkrit untuk bertemu dan bernegosiasi? 

Situasi saat ini membuktikan bahwa Rusia tidak bisa diajak berdiskusi dengan damai. Anda bayangkan negosiasi damai dengan manusia normal. Bagaimana negosiasi damai itu berlangsung? Saya akan menjawab, untuk memulai negosiasi damai, harus ada gencatan senjata. Selama beberapa hari, misalnya, atau sampai seminggu. Semua berhenti. Jangan bergerak, jangan melawan. Berhenti dan tunggu. Tetapi, itu tidak pernah terjadi dalam 110 hari kan? Tidak sehari pun tanpa pemboman, penembakan, dan sebagainya. Mereka bicara tentang Donbas, mereka masih meluncurkan roket misil untuk membunuh ke desa kami, ke kota kami. Bagaimana kami bisa lakukan negosiasi damai? Apa yang kami negosiasikan? Perdamaiannya atau peperangannya? 

Jadi, itu adalah negosiasi perang, bukan negosiasi damai. Sekali lagi, apa pun yang Putin katakan adalah bohong. Dia (Putin) hanya katakan sesuatu yang dia pikir. Dia mengatakan banyak “kebodohan” dan orang-orang menyaksikannya dan benar-benar tidak mengerti. Ini seperti bukan ucapan dari pemimpin dari sebuah negara, tapi ini benar-benar omongan Presiden Rusia.

Presiden kami tidak pernah menolak negosiasi. Tetapi, di dalam negosiasi, kita harus didasari alasan jelas dan pengakuan. Kedua, kita harus berhenti berperang. Ada gencatan senjata dan kita akan berbicara. Mereka (Rusia) tidak melakukan itu. Lalu bagaimana kita akan berdiskusi? Bayangkan dua petinju yang sedang bertarung demi nyawa dan seseorang mengatakan, 'Mari kita bernegosiasi.' Saya pikir mereka tidak akan bisa bernegosiasi sampai mereka berhenti bertarung dan diam. Kita tidak bisa bertarung dan bernegosiasi di saat yang sama. Itu tidak mungkin.

Apa yang dibutuhkan Ukraina untuk menguasai kembali teritori yang dicaplok Rusia? 

Kita membutuhkan negara lain untuk membantu dalam hal persenjataan dan amunisi. Ukraina mampu untuk melakukannya sendiri, saya pikir, negara lain tidak akan mengerahkan armadanya ke wilayah Ukraina untuk berperang bersama Ukraina. Itu tidak terjadi sebelumnya. Maka, saya berpikir itu tidak akan terjadi. Tetapi, kami masih membutuhkan amunisi dan senjata. Sebelum Rusia menyerang pada 2014, tentara kami hampir tidak ada. Hampir nol. 

Dalam delapan tahun terakhir, kami membangun tentara kami. Tetapi, kami masih tidak mempunyai misil seperti Rusia. Tidak mempunyai armada, tidak cukup memiliki pesawat dan helikopter. Kita seperti sepuluh kali lebih sedikit dari Rusia. Kita tidak mempunyai banyak altileri juga. Dalam hal senjata, kita punya banyak kalashnikov dan senapan mesin. Tetapi, ini untuk perang gerilya. Tidak untuk perang sesungguhnya. Kita tidak bisa hanya menggunakan senapan mesin melawan tank.

Jadi, kita benar-benar membutuhkan bantuan dari dunia karena kita harus mengakhiri “blackmailing” yang sangat berbahaya ini. Coba dengarkan apa yang mereka katakan di televisi! Kenapa kita harus berhenti di sini (Ukraina)? Berikutnya adalah Lithuania atau Polandia, atau mungkin saja Berlin (Jerman). Kenapa kita tidak menaklukan Berlin lagi, Kazakhstan dan lainnya? Ini tidak berujung. Rusia seperti binatang buas dengan nafsu makan yang tinggi. Apabila, kita tidak menghentikannya dia akan terus makan. 

Selama ini, negara mana saja yang telah membantu Ukraina dalam perang melawan Rusia?

Saya dapat katakan Amerika Serikat, Inggris, Polandia, negara-negara Baltik, seperti Estonia, Lithuania, Latvia, Republik Cek, dan Slovakia. Mungkin itu saja. Jadi, itu adalah negara utamanya. Tetapi, saya tidak mengatakan negara lain tidak membantu.

Kita menerima sesuatu dari Perancis, kita menerima sesuatu dari Norwegia, dari Denmark, dan dari Belanda. Jadi, sedikit demi sedikit, kita mendapatkan sesuatu.

Kenapa Anda yakin militer Ukraina bisa menang dengan hanya bantuan persenjataan dan amunisi saja? 

Karena ini abad ke-21. Ini bukan hanya tentang angka. Ini tentang taktik, tentang moralitas, tentang demotivasi, tentang kualitas. Sebagai contoh, jika kita bandingkan pelontar bom yang Rusia punya dengan yang kita punya sekarang. Punya kami itu seperti 20 kali lebih efisien. Satu serangan untuk satu tank. Yang Rusia miliki mungkin ratusan serangan dan tidak satu pun tank hancur. Mereka tidak mempunyai senjata yang presisi.

Ini tentang intelijensi, mobilitas, dan motivasi, dan mereka (Rusia) tidak termotivasi. Tetapi, kami sangat termotivasi karena kami mempertahankan wilayah kami, anak-anak kami. Lihatlah apa yang terjadi di selatan Ukraina. Di daerah itu, banyak kelompok gerilyawan mulai melakukan sesuatu. Mereka mulai meledakkan sesuatu di sini dan di sana. Membunuh komandan regimen dan apa pun. Jadi, mereka melakukan sesuatu. Artinya populasinya melakukan perlawanan, penduduknya melakukan perlawanan. Jadi, bagaimana Rusia memenangkan perang ini? Bagaimana kalian akan menguasai wilayah ketika semua warga membencimu? 

Untungnya, kami tidak kehilangan tentara. Ketika kalian tidak punya tentara, ya, mungkin akan memakan waktu tahunan untuk kembali menguasai teritori yang jatuh. Tetapi, kita masih memiliki tentara di sini, tentara yang dipersenjatai dengan baik. Banyak orang yang kini dengan sukarela ingin menjadi bagian dari tentara kami.

Pemerintah Rusia, termasuk Kedubes Rusia di Indonesia, terus membantah terjadi kejahatan perang di Ukraina.

Oke, di hari-hari pertama, kita mungkin kekurangan informasi. Tetapi, sekarang sudah seratus hari lebih. Puluhan pemimpin dunia mengunjungi Ukraina sekarang. Mereka pergi kemana pun di Ukraina. Bahkan, jurnalis Tempo ke Ukraina dan kembali. Dua jurnalis Kompas sekarang di Ukraina. Mereka melaporkan setiap saat tentang apa yang terjadi dan mereka mendatangi tempat yang telah dihancurkan. Itu tidak palsu atau bohong.

Pergilah dan lihat apa yang terjadi. Bahkan, kita juga sudah mengundang pemerintah Indonesia beberapa kali untuk mengirimkan pengamat dan berpartisipasi dalam investigasi kejahatan perang yang dilakukan Rusia, kejahatan perang terhadap kemanusiaan. 

Lalu, apa respons pemerintah Indonesia?
Tidak ada respons. Saya mengundangnya berkali-kali untuk bergabung karena ini tim internasional, bukan hanya Ukraina. Ini tim internasional di bawah ICC (International Criminal Court) dan ICJ (International Criminal Justice). Mereka menginvestigasi kejahatan perang. Saya pikir sekarang 17 ribu kejahatan perang telah diajukan. Jadi, ini bukanlah kejahatan skala kecil.

Anda melihat sikap pemerintah Indonesia seperti apa dalam konflik Ukraina-Rusia? Jokowi berulangkali menyerukan menghentikan perang, namun menegaskan tidak bisa membantu militer Ukraina.

Sejujurnya saya berharap lebih, langkah lebih jelas, lebih substansial, mungkin lebih bisa dipercaya. Saya pikir apa yang terjadi di Ukraina tidak hanya konflik lokal, krisis Ukraina, atau semacamnya. Menurut pendapat saya, ini lebih seperti Perang Dunia ke-3. Banyak negara yang terlibat. Maksud saya, tidak hanya terlibat dalam membantu Ukraina atau pun tidak membantu Ukraina.

KTT G-20 bakal digelar di Bali, beberapa bulan lagi. Presiden Putin menyatakan akan hadir dan invitasi juga sudah diserahkan kepada Presiden Ukraina. Apa harapan Anda untuk pemerintah Indonesia yang jadi tuan rumah KTT ini? 

Saya benar-benar berharap, tidak hanya untuk Presiden Indonesia, semua anggota dari G20 akan mengambil semua kemungkinan upaya untuk menghentikan perang. Tidak hanya berbicara, tidak hanya seperti negosiasi jangka panjang dan diplomasi karena ini akan memakan waktu tahunan.

Jika kalian tanyakan ke siapa pun, 'Apakah kalian ingin solusi yang damai setelah sepuluh tahun peperangan? Atau kalian mempunyai solusi yang kurang damai tapi dapat mengakhirinya kurang dari satu bulan?' Saya pikir semua orang akan mengatakan, 'Saya tidak ingin ada perang selama sepuluh tahun di negara saya.' Sekali lagi, ini bukan hanya tentang Ukraina. 

Jika kalian ingin menghentikan perang, blokade sumber keuangan dari agresornya, mudah sekali. Dan, saya sangat berharap G20 akan melakukan sesuatu yang sangat bisa dipercayai, sesuatu yang dapat menghentikan serangan Rusia, produksi senjata untuk membunuh warga kami, dan amunisi. Itu saja. Itu yang saya sangat harapkan. 
 

img
Christian D Simbolon
Reporter
img
Achmad Al Fiqri
Reporter
img
Christian D Simbolon
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan