Dua bencana longsor terjadi di dua lokasi berbeda pada Senin kemarin. Di perimeter Selatan Bandara Soekarno Hatta (Soetta), longsor menelan dua korban jiwa. Korban merupakan karyawan GMF, Dianti Diah Ayu Cahyani Putri dan Mukhmainna Syamsuddin.
Saat kejadian, keduanya mengendarai Honda Brio dengan nomor polisi A 1567 AS. Longsor menimbun kendaraan mereka, sehingga dibutuhkan evakuasi dari Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (BNPP)—dulunya Basarnas, bersama-sama dengan Angkasa Pura 2, Kepolisian, Danrem, dan masyarakat sekitar.
Meski sempat dilarikan ke RSUD Tangerang, Putri dirujuk ke RS Mayapada dan menghembuskan nyawa pukul 06.47 WIB. Ia dievakuasi dari lokasi longsor dan selesai sekira pukul 03.00 dini hari. Hasil observasi menunjukkan, korban mengalami patah tulang besar di paha, luka trauma di leher, dan napas serta detak jantung yang tak stabil. Jenazah segera disemayamkan di rumah duka di Serang, Banten.
Mukhmainna baru bisa dievakuasi pukul 07.00, setelah tertimbun longsor selama 14 jam. Namun jiwanya tak tertolong kendati telah diberi perawatan di RS Siloam Karawaci.
Sementara itu di Cijeruk, Bogor, longsor juga menelan korban jiwa. Bencana tersebut terjadi akibat hujan deras yang meluruhkan tebing setinggi 30 meter dan lebar 100 meter.
Sebanyak tiga rumah tertimbun, lima orang terpendam longsor. Usai evakuasi, hanya tiga korban yang berhasil diangkat, namun nyawa mereka tak tertolong. Ketiga korban adalah Nani (34), Aurel (1,5), dan Alan (17).
“Dua korban lainnya, Aldi (8) dan Adit (10) diduga masih tertimbun longsor,” ujar Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB.
Evakuasi korban longsor menggunakan teknik getaran Merpati Putih, yakni mendeteksi suatu benda (benda mati/hidup) dengan cara mengenali, merasakan energi yang ditimbulkan oleh benda itu atau mengenali bentuk, warna, tekstur, arah, kecepatan, volume, dan komposisi berbagai objek tanpa menyentuhnya dan dalam keadaan mata tertutup.
Akhir tahun lalu, BNPB sempat memprediksi akan ada 2.000 bencana selama tahun 2018. Dari jumlah tersebut, diperkirakan akan didominasi bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor, hingga puting beliung.
"Jika mengacu pada prakiraan BMKG maka di 2018 musim kemarau dan hujan akan normal. Namun prediksi kita ada sekitar 2.000 kejadian bencana di 2018 yang 90 persen merupakan bencana hidrometeorologi," ujar Sutopo.