close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Polisi menunjukkan para pelaku pembunuhan berencana terhadap Edi Candra Purnama dan anaknya M Adi Pradana. Alinea.id/Ayu Mumpuni
icon caption
Polisi menunjukkan para pelaku pembunuhan berencana terhadap Edi Candra Purnama dan anaknya M Adi Pradana. Alinea.id/Ayu Mumpuni
Nasional
Senin, 02 September 2019 18:14

Edi Candra ternyata tak mempan disantet dukun pesanan istri

Aulia Kesuma juga sempat membeli senpi hendak membunuh suaminya.
swipe

Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya, Kombes Pol Argo Yuwono, mengungkapkan perkembangan dari hasil penyidikan polisi terhadap kasus pembunuhan yang dilakukan Aulia Kesuma (35) terhadap suaminya Edi Candra Purnama (54) dan anaknya Mohammad Adi Pradana (23).

Fakta baru yang didapat kepolisian yaitu bahwa Aulia Kesuma menghabiskan uang sebanyak Rp40 juta untuk membayar dukun. Oleh Aulia, dukun tersebut diminta membunuh suaminya yang biasa disapa Pupung Sadili dengan cara disantet.

Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya Kombes Pol Argo Yuwono mengungkapkan tersangka Aulia mengeluarkan uang hingga Rp40 juta untuk membayar dukun. Aulia meminta dukun tersebut membunuh suaminya. Namun, santet yang dialamatkan untuk sang suami ternyata tak ampuh.

“Dia mengeluarkan uang Rp 40 juta untuk biaya ke dukun, tapi ternyata suaminya tidak mempan disantet,” kata Argo di Mapolda Metro Jaya pada Senin, (2/9).

Karena rencana membunuh pakai ilmu hitama gagal total, Aulia Kesuma kemudian mempunyai cara lain untuk menghabisi nyawa suaminya dengan senjata api atau senpi. “Dia kemudian mencari senpi untuk menghabisi suaminya. Nanti ada eksekukutornya untuk menembak,” ucap Argo.

Namun, kata Argo, rencana tersebut dibatalkan tersangka. Alasannya, biaya untuk membunuh suaminya dengan cara demikian terlalu mahal. Sebab, harga senpi yang hendak dibelinya ketika itu mencapai Rp50 juta. Sementara Aulia hanya memiliki uang senilai Rp 25 juta. 

“Uangnya kurang karena harga senpinya Rp 50 juta. Ia pun harus nambah lagi Rp10 juta. Akhirnya tidak jadi menembak karena harganya mahal,” ujar Argo.

Berdasarkan keterangan Maryati, istri Ketua RT tempat tinggal korban menetap, Edi Candra merupakan sosok yang agamais. Saat ditemui Alinea.id di bilangan Lebak Bulus, Jakarta, Maryati menceritakan kebiasaan pria berusia 54 tahun itu ketika pagi. “Setiap subuh dia solat di masjid pinggir jalan raya sana,” kata Maryati.

Menurut dia, Edi Candra kerap terlihat santai dalam hal berpakaian. Edi Candra, kata Maryati, selalu mengenakan pakaian kaos polo dipadu dengan celana jeans. Selain itu, Edi juga kerap mengenakan topi kebanggaannya. 

“Pakaiannya juga santai melulu, tidak terlihat seperti seorang pengusaha. Padahal, dia kan seorang pengusaha katanya,” ucap Maryati.

Namun demikian, Maryati menambahkan, Edi Candra merupakan orang yang tertutup. Ia jarang sekali keluar rumah untuk bersosialisasi. Ia hanya terlihat jika di lingkungan tempat tinggalnya mengadakan suatu kegiatan yang sifatnya tahunan.

“Penghuni rumah dikenal lingkungan sekitar memang tertutup dan tidak bersosialisasi dengan tetangga. Ketemunya jarang. Paling ketika ada pemilu. Terakhir terlihat lebaran haji kemarin, itu juga untuk mengambil daging saja,” kata Maryati.

Edi Candra Purnama menjadi korban pembunuhan bersama anaknya Mohammad Adi Pradana oleh pembunuh bayaran. Para eksekutor membunuh kedua korban setelah mendapat perintah dari istri korban Aulia Kesuma.

Setelah kedua korban dihabisi nyawanya, jasadnya oleh para eksekutor kemudian diserahkan kepada Aulia Kesuma dan keponakannya, Geovanni Kelvin Octaviannus Robert di sebuah SPBU di Cirendeu, Jakarta Selatan.

Untuk menghilangkan jejak, Aulia Kesuma kemudian menyuruh Geovanni Kelvin membeli bensin. Kedua pelaku kemudian membawa jasad Pupung dan Adi ke wilayah Kampung Bondol, Desa Pondokaso Tengah, Kecamatan Cidahu. Di situlah, jasad kedua korban dibakar. 

img
Ayu mumpuni
Reporter
img
Tito Dirhantoro
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan