Mantan narapidana kasus terorisme (napiter) Mukhtar Khairi mengatakan, kemenangan Taliban atas pemerintah Afghanistan dapat memicu bangkitnya kelompok-kelompok radikal di Tanah Air. Meski tidak ada hubungan antara kelompok Taliban dengan kelompok teroris seperti Jamaah Islamiyah (JI) misalnya, namun perjuangan Taliban bisa menjadi inspirasi baru bagi kelompok radikal di Tanah Air.
Menurut Mukhtar, salah satu kelompok teroris yang masih aktif di Indonesia saat ini adalah JI, yang belakangan ini anggota-anggotanya banyak ditangkap Densus 88 Antiteror Polri.
"Tapi mungkin juga kemenangan Taliban bisa menginspirasi jemaah-jemaah yang ada di Indonesia. Karena melihat latar belakang yang sama. Contoh oposisi pemerintah di Indonesia ini, itu visi-misinya untuk menggulingkan pemerintah. Sementara mereka (Taliban) contoh riil pasukan bersenjata yang sudah menang. Apa salahnya kita copy paste perjuangan Taliban di sana," kata Mukhtar Alinea Forum bertajuk "Potensi Terorisme di Indonesia Pascakemenangan Taliban", Senin (30/8).
Mukhtar Khairi menjelaskan, berdasarkan interaksinya dengan petinggi-petinggi JI di penjara, kebanyakan dari mereka aktif menerjemahkan buku-buku Arab yang berafiliasi dengan jaringan Al-Qaeda. Adapun orang-orang JI ke Taliban lebih karena pengaruh sosok pimpinan Al-Qaeda, Osama bin Laden.
"Saya bahkan mendapat kabar dari teman, di salah satu provinsi di sana, terdapat satu komunitas wahabi yang dibenci Taliban," jelasnya.
Kendati tak memiliki hubungan, Mukhtar mengatakan pemerintah terus mewaspadai pergerakan JI. Dia menyebut, JI merupakan salah satu kelompok teroris yang sangat terorganisir untuk memperjuangkan negara Islam. Biasanya, kata dia, program itu dimulai dari dakwah untuk menyampaikan gagasan-gagasan terkait konsep negara Islam untuk diterapkan di Indonesia.
"Kedua, mereka bergerak melalui lembaga-lembaga pendidikan. JI banyak mendirikan pesantren, madrasah, yayasan. dan mereka jg berupaya menanamkan anak didiknya dengan konsep negara Islam dengan gaya mereka untuk diterapkan di Indonesia," katanya.
Sebelumnya di forum yang sama, Direktur Eksekutif Jaringan Moderat Indonesia Islah Bahrawi mengatakan kemenangan Taliban atas pemerintah Afghanistan dapat memicu bangkitnya kelompok-kelompok radikal di Tanah Air. Islah berpendapat, meski irisan geopolitik Afghanistan dan Indonesia sangat jauh, namun aspek ideologis menjadi hal yang dikhawatirkan akan bangkitnya kelompok radikal di Indonesia oleh kemenangan Taliban.
"Bagi saya, persoalan geopolitik dan persoalan ideologis, jauh lebih berbahaya persoalan ideologis. Kenapa kita harus lebih waspada dengan kebangkitan Taliban di Afghanistan, itu kita justru aware terhadap geliat-geliat kelompok-kelompok teroris di Indonesia," kata Islah.
Menurut Islah, memang setiap kejadian teror kelompok-kelompok radikal di beberapa negara, selalu dimotori oleh geopolitik di Timur Tengah. Contoh nyata ada pada geliat kelompok radikal di Filipina, Indonesia, Bangladesh Sri Lanka, termasuk negara-negara di Afrika. Akan tetapi, kata dia, persoalan Afghanistan bukan persoalan Timur Tengah, dan jauh lebih berbahaya karena aspek ideologis.
"Karena kalau persoalan politik itu pasti ada teritorialnya, ada kepentingan-kepentingan. Afghanistan bukan persoalan politik, ini persoalan ideologis yang memang sangat borderless. Ini justru sangat mengkhawatirkan," ujar dia.