Wakil Gubernur Jawa Timur (Jatim), Emil Elestianto Dardak, menyatakan, Gerakan Pemuda (GP) Ansor dikenal dengan kebersamaan dan keguyuban antarpengurus maupun anggotanya. Hal itu diklaim mampu mencegah sikap individualisme.
Sayangnya, menurut dia, kebersamaan dan keguyuban berpotensi luntur di era digital lantaran minimnya interaksi satu sama lain. "Namun secara dunia maya, mereka (tetap) berinteraksi," ujarnya saat membuka Konferensi Cabang (Konfercab) XIV GP Ansor Kabupaten Blitar di Ponpes Mambaus Sholihin 2, Minggu (20/12).
Karenanya, Emil berharap kebersamaan dan keguyuban tersebut terus dipupuk dan dipertahankan tanpa dipengaruhi dunia maya. Ini dianggap sebagai aset yang tergolong langka.
"Kebersamaan di GP Ansor ini tidak hanya dipupuk oleh keinginan pribadi, tetapi bersama-sama menghormati para kiai atau ulama, khususnya NU (Nahdlatul Ulama)," jelasnya.
Emil pun menyebut GP Ansor menjadi salah satu pilar yang bisa memperkokoh eksistensi NU, menjaga karakter bangsa serta NKRI. Juga diharapkan menjadi "penjaga utama" agar Indonesia tidak terombang-ambing nilai global.
Meski demikian, dirinya menyarankan kebersamaan GP Ansor diikuti dengan protokol kesehatan (Prokes). "Tiga M harus dijalankan dengan baik," tandasnya, mengutip situs web Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jatim.
Konfercab XIV GP Ansor Kabupaten Blitar diikuti 187 Ranting dan 22 Pimpinan Anak Cabang (PAC) GP Ansor setempat. Pelaksanaannya menerapkan prokes Covid-19.