Epidemiolog Dicky Budiman mendorong pemerintah untuk terus mengejar target capaian vaksinasi booster. Dia menegaskan, booster penting untuk mencegah keparahan, bahkan kematian akibat Covid-19.
"Vaksin dosis ketiga itu penting, meskipun kita tahu bahwa BA.5, BA.4, BA.2.75 lebih resisten menurunkan efikasi antibodi. Tetapi itu menurun dalam artian kemampuan memproteksi diri terinfeksi. Namun, dalam efektifitas mencegah keparahan dan kematian itu tetap tinggi," kata Dicky, Selasa (19/7)
Dicky mengatakan, banyak masyarakat belum mendapatkan vaksin dosis lengkap. Padahal, efektifitas booster mencegah dampak parah akibat Covid-19 sudah terbukti di berbagai negara. Data Satgas Covid-19 menyebutkan baru 53.126.957 orang yang sudah divaksin booster dari total target 208.265.720.
"Meski capaian dosis satu dan dua cukup besar, tetapi itu tidak cukup untuk mencegah BA.5. Untuk itulah vaksin booster ini harus kita capai, setidaknya 50% dari total populasi. Tetapi di kelompok rentan seharusnya di atas 70%," ujar Dicky.
Menurut dia, sentra vaksinasi harus lebih banyak di area publik untuk meningkatkan capaian vaksinasi. Selain itu, masyarakat juga harus mendapatkan edukasi mengenai risiko, manfaat, bahkan kontra indikasi dari vaksin. Dicky menilai selama ini komunikasi pemerintah masih kurang tepat dan efektif.
"Komunikasi yang disampaikan lebih sering menebar optimisme, sehingga masyarakat menganggap pandemi sudah selesai. Saya rasa literasi pandemi masih minim. Ini harus kita bangun dengan menyampaikan apa adanya," kata Dicky.
Sedangkan anggota Komisi IX DPR Darul Siska berharap selain mengampanyekan pentingnya vaksin, meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menerapkan protokol kesehatan juga harus jadi perhatian semua pihak.
"Mengubah pola pikir itu penting bahwa kita masih dalam ancaman Covid-19. Kebersihan harus jadi gaya hidup," kata Darul.
Menurut Darul, semua kalangan dari mulai pemerintah sampai tingkat RT, tokoh masyarakat, tokoh agama, harus terlibat dalam penyampaian pesan yang menekankan pentingnya hidup sehat dan menjaga kebersihan. Ini jadi pekerjaan cukup berat karena sekarang kondisi masyarakat cenderung abai.
"Masyarakat semakin abai, merasa Covid-19 sudah lewat karena sekolah sudah boleh, fasilitas umum sudah dibuka. Masalahnya kalau aktivitas masyarakat tidak dibuka, ekonomi tidak bergerak," ujar Darul.