Bantuan logistik bagi korban terdampak erupsi Gunung Semeru, Jawa Timur (Jatim), tercukupi untuk sementara waktu. Manajemen dan pencatatannya pun dilakukan dengan tertib.
Masyarakat yang ingin memberikan bantuan kepada korban erupsi Semeru disarankan berupa dana. "Ini akan dibutuhkan untuk relokasi pengungsian," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lumajang, Indra Wibowo Leksana, Kamis (9/12).
Di sisi lain, dia berharap, adanya koordinator di setiap lokasi pengungsian. Tujuannya, mempermudah untuk penyiapan dan pemantauan.
"Adanya koordinator bisa memantau kira-kira kekurangan yang ada bisa diketahui dengan jelas, jenis, dan jumlahnya berapa yang dibutuhkan sehingga logistik yang disalurkan sesuai dengan kebutuhan yang ada," jelasnya.
Indra dan timnya telah mendistribusikan bantuan kepada para korban ke titik-titik pengungsian di 21 kecamatan. Pos logistik di bawah koordinasi Posko Penanganan Darurat Bencana Awan Panas dan Guguran Gunung Semeru berada di Pendopo Bupati Lumajang.
Sebagian logistik disalurkan untuk memenuhi keperluan dapur umum, beras ataupun sembako lain. Koordinator Dapur Umum Tagana Lumajang, Fariz, mengatakan, kebutuhan logistik juga diambil dari alokasi anggaran.
Dalam menyediakan makanan, dapur umum menerima permintaan terlebih dahulu sebelum memulai memasak. Dapur dioperasikan Tagana dari beberapa daerah dan dibantu warga.
"Rata-rata kami menyiapkan untuk 1.800 bungkus dan sesuai permintaan,” ucapnya. Dapur umum sebelumnya berada di Desa Sumberwuluh, kemudian digeser bersamaan pos pengungsian setempat.
Perkembangan data
Berdasarkan data Posko per 9 Desember, pukul 16.00 WIB, jumlah korban jiwa sebanyak 43 orang. Sedangkan yang hilang sebanyak 12 orang, luka berat 21 orang, dan 6.542 orang mengungsi di 125 titik di Lumajang, Kabupaten Malang, dan Blitar.
Pengungsi terbanyak berada di Kecamatan Candipuro dengan 2.331 jiwa, lalu Pasirian 1.307 jiwa, Tempeh 640 jiwa, Pronojiwo 525 jiwa, Lumajang 335 jiwa, Sumbersuko 302, Pasrujamber 212 jiwa, Sukodono 204 jiwa, Kunir 127 jiwa, Yosowilangun 89 jiwa, Tekung 67 jiwa, Senduro 66 jiwa, Padang 62 jiwa, Jatiroto 59 jiwa, Kedungjajag 50 jiwa, Klakah 45 jiwa, Rowokangkung 37 jiwa, Ranuyoso 26 jiwa, Randuagung 24 jiwa, Tempusari 23 jiwa, dan Gucialit 11 jiwa.
Posko akan terus melakukan pemutakhiran titik pengungsian. Pangkalnya, melansir situs web BNPB, ada pos pengungsian yang ditutup karena berada di kawasan rawan bahaya, seperti di Desa Sumberwuluh.