close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Kemenkes meminta masyarakat mewaspadai virus Marburg karena penyakit yang dibawanya memiliki tingkat fatalitas atau kematian tinggi. Freepik
icon caption
Kemenkes meminta masyarakat mewaspadai virus Marburg karena penyakit yang dibawanya memiliki tingkat fatalitas atau kematian tinggi. Freepik
Nasional
Rabu, 29 Maret 2023 07:33

Fatalitas tinggi, masyarakat diminta waspadai virus Marburg

Berdasarkan penilaian risiko cepat penyakit virus Marburg, kemungkinan importasi di Indonesia rendah.
swipe

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) belum menerima laporan kasus atau suspek penyakit Marburg di Indonesia. Namun, pemerintah dan masyarakat diingatkan tetap waspada dan tidak lengah.

Laporan kasus penyakit Marburg yang berasal dari Guinea Ekuatorial telah diterima Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), 13 Februari 2023. Terdapat sembilan kematian dan 16 kasus suspek yang dilaporkan di Provinsi Kie Ntem.

Dari delapan sampel yang diperiksa, satu sampel dinyatakan positif virus Marburg. Sementara itu, kejadian luar biasa (KLB) penyakit Marburg di Guinea Ekuatorial diperkirakan telah dimulai sejak 7 Februari 2023.

Sebagai langkah antisipasi, Indonesia melakukan penilaian risiko cepat penyakit virus Marburg pada 20 Februari. Hasilnya, kemungkinan importasi kasus virus Marburg di Indonesia rendah.

"Kita perlu tetap melakukan kewaspadaan dini dan antisipasi terhadap penyakit virus Marburg," kata juru bicara Kemenkes, Mohammad Syahril, dalam keterangannya, Selasa (29/3).

Seluruh pemangku kepentingan, mulai dari pemerintah daerah (pemda) hingga fasilitas layanan kesehatan (fasyankes) dan tenaga medis, diminta mewaspadai penyakit ini. Pemerintah pun telah mengeluarkan Surat Edaran (SE) tentang Kewaspadaan terhadap Penyakit Virus Marburg.

Virus Marburg satu famili dengan virus Ebola. Gejalanya mirip dengan penyakit malaria, tifus, dan demam berdarah yang banyak ditemukan di Indonesia. Kendati demikian, virus ini memiliki tingkat fatalitas mencapai 88%.

Syahril bilang, penyakit virus Marburg cenderung sulit diidentifikasi lantaran gejalanya yang mirip penyakit lain. Selain itu, vaksin untuk menangkal virus Marburg masih dalam pengembangan. Saat ini, ada dua vaksin yang masuk uji klinis fase 1, yakni vaksin strain Sabin dan vaksin Janssen.

"Belum ada obat khusus, pengobatan bersifat simtomatik dan suportif, yaitu mengobati komplikasi dan menjaga keseimbangan cairan serta elektrolit," ujar Syahril.

Orang yang terinfeksi virus Marburg mengalami gejala berupa demam tinggi, sakit kepala, nyeri otot, mual muntah, diare, dan perdarahan. Penyakit virus Marburg juga dapat menyebabkan perdarahan pada hidung, gusi, vagina, atau melalui muntah dan feses yang muncul pada hari ke-5 sampai hari ke-7.

Adapun penularan terjadi melalui benda yang terkontaminasi virus Marburg. Selain itu, virus Marburg juga bisa menular kepada manusia melalui kontak langsung dengan orang ataupun hewan yang terinfeksi.

Virus ini menular lewat cairan tubuh langsung dari kelelawar. Inang alami virus Marburg adalah kelelawar Rousettus aegyptiacus. Spesies ini bukan asli Indonesia dan belum ditemukan di sini, tetapi Indonesia masuk jalur mobilisasi kelelawar ini.

img
Gempita Surya
Reporter
img
Fatah Hidayat Sidiq
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan