Desakan pembubaran Staf Khusus (Stafsus) Milenial Presiden Jokowi kembali bergulir. Anggota Komisi III DPR RI, Arteria Dahlan, meminta Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengusut masalah penunjukan startup dalam program Kartu Prakerja. Pasalnya, ada potensi korupsi dalam masalah tersebut.
Bagi Arteria, keterlibatan startup tanpa melewati tender adalah suatu penyimpangan. Apalagi, salah satu startup tersebut, yakni Ruangguru, notabenenya merupakan perusahaan besutan bekas Stafsus Milenial Preisden, Adamas Belva Devara.
Menurut dia, gagasan Presiden Jokowi sudah bagus mengenai program Kartu Prakerja. Hanya saja, ada penyimpangan dalam implementasi program tersebut.
"Implementasinya dipangkas sama orang-orang yang enggak benar, implementasinya dipenggal. Bagaimana delapan vendor digital tanpa tender yang diberikan kuota raksasa ketua, permen raksasa oleh pemerintah. Bagaimana bisa terjadi, bagaimana strategi pengawasannya?" kata Arteria dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) DPR bersama KPK, di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (29/4).
Arteria menegaskan, KPK wajib ikut campur dalam menangani potensi-potensi yang ada. Politikus PDIP itu mengatakan, masalah ini tidak bisa hanya diselesaikan dengan pengunduran diri Belva. Karena diduga adalah masalah korupsi.
Menurut Arteria, keterlibatan Ruangguru sendiri sangat konyol. Bukan hanya karena dimiliki bekas Stafsus Milenial Presiden, dia juga mempermasalahkan kepemilikan saham Ruangguru yang diketahui berada di luar negeri.
"Pemilik sahamnya ada di Singapura dan ada di Amerika. Kok, begini konyolnya kita. Siapa terlibat, harus diusut," tegasnya.
Selain Belva, Arteria juga menyinggung pola tingkah bekas Stafsus Milenial Presiden lainnya, Andi Taufan Garuda. Sebelum memilih mundur, dia sempat memancing gaduh dengan mengirimkan surat edaran kepada camat, dengan menggunakan kop Sekretariat Kabinet (Seskab) untuk bekerjasama dengan perusahaan yang ia miliki, yaitu PT Amartha Mikro Fintek.
Bagi Arteria, hal ini bisa dibilang sebagai perilaku menghisap uang negara di lingkaran ring satu. Dia mengaku miris karena hal itu dilakukan oleh anak-anak muda.
"Mereka melakukan atas nama Covid-19, bubarin saja staf khusus. Anak muda, saya muda enggak pernah rampok uang rakyat. Ini anak baru umur 20 tahun, mau ngerampok uang rakyat triliunan. Malu kita jadi anak muda. Kami minta tolong ketua mainkan ini," tandasnya.