close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Kondisi pasca terjadi gempa. Ilustrasi Foto: Antara
icon caption
Kondisi pasca terjadi gempa. Ilustrasi Foto: Antara
Nasional
Kamis, 06 Desember 2018 09:52

Gempa Bumi guncang Mataram, masyarakat lari berhamburan

Gempa berada di kedalaman 10 kilometer, namun tidak berpotensi menimbulkan tsunami.
swipe

Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, pada Kamis pagi (6/12) diguncang gempa dengan kekuatan 5,7 Skala Richter (SR). Dari laman Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), menyebutkan gempa tektonik itu terjadi pada pukul 08:02:46 WIB.

kata Kepala Stasiun Geofisika Mataram, Agus Riyanto, mengatakan pusat gempa berada di 23 kilometer Barat Laut Mataram. Tepatnya pada 8,37 Lintang Selatan (LS) dan 116,06 Bujur Timur (BT). Adapun pusat gempa berada di kedalaman 10 kilometer, namun tidak berpotensi terjadi tsunami.

Guncangan gempa itu sempat membuat kepanikan warga setempat, khususnya di perkantoran Jalan Langko, Mataram, Nusa Tenggara Barat. Beberapa rumah berlantai satu, atapnya berderak-derak kencang.

"Guncangannya lumayan keras tapi mendatar. Atap rumah berderak-derak," kata salah seorang warga di Jalan Langko pada Kamis (6/12).

Selain itu, gempa bumi tersebut juga menyebabkan para wisatawan dan karyawan hotel di Senggigi, Kabupaten Lombok Barat, berhamburan keluar dari gedung hotel.

Para siswa sekolah dasar yang berada di sepanjang jalur kawasan wisata Senggigi hingga Desa Malaka, Kabupaten Lombok Utara juga panik dan berkumpul di halaman sekolah. Selanjutnya, seluruh siswa di Kota Mataram dan sekitarnya dipulangkan lebih awal

"Kebijakan ini kami ambil untuk menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, dan antisipasi gempa susulan," kata M Amin salah seorang guru di SDN 25 Mataram.

Amin mengatakan, saat gempa terjadi anak-anak sedang berada di dalam ruangan mengerjakan soal ulangan semester ganjil. Begitu terjadi gempa anak-anak dan guru langsung berhamburan keluar ruangan menuju lapangan sekolah.

"Banyak anak-anak yang menangis juga, karena masih trauma kejadian gempa di bulan Agustus lalu," ujar Amin.

Menurutnya, saat memberikan kebijakan pulang lebih awal, para siswa tidak dibiarkan pulang begitu saja, melainkan diminta untuk menunggu jemputan dari orang tua masing-masing. Setelah dipastikan sudah ada yang menjemput, barulah siswa diperbolehkan pulang. 

Sedangkan siswa yang rumahnya berada dekat dari lingkungan sekolah, dipastikan dulu orang tuanya sedang berada di rumah atau tidak.

"Hal itu kita berlakukan untuk memberikan jaminan keamanan dan keselamatan kepada anak-anak," kata Amin.

Dari hasil pantauan di lapangan, rata-rata kondisi serupa terjadi di semua tingkatan sekolah yang ada di Kota Mataram, mulai dari tingkat TK/SD/SMP maupun SMA/SMK sederajat.

Bahkan di perguruan tinggi sekalipun, salah satunya di Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram, yang mahasiswanya juga pada lari berhamburan keluar menuju titik kumpul evakuasi.

Hal serupa juga terjadi di Puskesmas Malaka. Sejumlah pasien harus dievakuasi keluar dari gedung untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. (Ant)

img
Tito Dirhantoro
Reporter
img
Tito Dirhantoro
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan