Gempa bumi tektonik terjadi di wilayah pantai Selatan Nias Selatan Sumatera Utara Senin dini hari. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengkonfirmasi bahwa gempa tersebut berdampak dan dirasakan sebagian besar di Sumatra Barat dan Sumatera Utara.
"Dari hasil permodelan, meski lokasinya ada di dasar laut tapi tidak berpotensi tsunami," ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers yang disiarkan secara daring, Senin (14/3).
"Memerhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat adanya aktivitas Subduksi Lempeng (megathrust). "Hasil analis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme naik atau thrust-fault," imbuhya.
Sejarah Gempa
Gempa dengan magnitudo 6.7 terjadi pada pukul 04.09.21 itu diikuti dengan gempa susulan (aftersock) sebanyak empat kali hingga pukul 06.20 WIB. Magnitudo terbesar 6.0.
Lokasi pusat gempa, menurut Dwikorita ada di laut pada jarak 6 km Selatan Hibala, Nias Selatan, Sumatera Utara dengan kedalaman 25 Km dari permukaan bumi. Berdasarkan catatan BMKG, di pusat gempa dan sekitarnya, sebelumnya telah terjadi kurang lebih 16 kali gempa. Terhitung mulai 1797 hingga 2017.
Dwikorita mengungkapkan bahwa pusat gempa yang terjadi pada 10 Februari 1797 mengakibatkan tsunami dan jatuhnya sekitar 300 korban jiwa. Lokasinya berdekatan dengan pusat gempa saat ini.
"Gempa saat ini lokasinya berdekatan dengan lokasi gempa yang terjadi pada 225 tahun lalu," katanya." Saat itu diperkirakan magnitudonya adalah 8.5," imbuhnya.
Akibat gempa yang terparah terjadi pada 30 September 2009 di mana 1.100 orang meninggal dan gempa yang tercatat berkekuatan M 7.6 itu menimbulkan tsunami.
Terkait gempa kali ini, Dwikorita mengimbau kepada masyarakat agar tetap tenang dan tidak terpengaruh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Selain itu warga diminta untuk mewaspadai bangunan yang retak dan rusak oleh gempa.