Gempa berkekuatan M5,2 mengguncang Kabupaten Karangasem, Bali, pada Selasa (13/12). Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan, gempa diakibatkan aktivitas sesar aktif.
Berdasarkan data BMKG, pusat gempa bumi terletak di laut pada kedalaman 10 km dan berjarak sekitar 31,69 km utara Amlapura. Sementara itu, data GeoForschungsZentrum (GFZ), Jerman, menyebutkan, pusat gempa berada di koordinat 115,59 BT dan 8,27 LS dengan magnitudo M5,2 pada kedalaman 10 km.
"Berdasarkan posisi lokasi pusat gempa bumi, kedalaman dan data mekanisme sumber (focal mechanism) dari BMKG dan GFZ Jerman, maka kejadian gempa bumi tersebut diakibatkan oleh aktivitas sesar aktif berupa sesar naik busur belakang Flores dengan mekanisme sesar naik," demikian keterangan tertulis dalam laman resmi PVMBG, Rabu (14/12).
Sesar ini membentang di utara Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), hingga Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT). Aktivitas sesar ini pernah mengakibatkan gempa dahsyat pada 2018.
Badan Geologi juga melakukan analisis geologi terhadap lokasi pusat gempa yang dekat dengan wilayah Karangasem. Struktur wilayah pusat gempa tersusun dari dataran pantai hingga perbukitan.
"Wilayah ini pada umumnya tersusun oleh morfologi dataran pantai, dataran bergelombang, dan perbukitan bergelombang hingga terjal, yang merupakan bagian dari morfologi tubuh gunung api," tulis keterangan tersebut.
Adapun unit batuan di wilayah itu tersusun oleh endapan kuarter berupa endapan aluvial pantai, aluvial sungai, dan batuan rombakan gunung api muda (breksi gunungapi, lava, tuff, batuan jatuhan gunung api). Sebagian batuan rombakan gunung api muda tersebut telah mengalami pelapukan.
Endapan bersifat urai, lepas, lunak, unconsolidated, dan memperkuat efek guncangan. "Sehingga, rawan guncangan gempa bumi," jelas Badan Geologi.
Selain itu, kondisi wilayah perbukitan bergelombang hingga terjal juga berpotensi terjadi gerakan tanah. Terlebih, wilayah ini tersusun oleh bebatuan rombakan gunung api muda yang telah mengalami pelapukan.
"Berpotensi terjadi gerakan tanah yang dapat dipicu oleh guncangan gempa bumi kuat dan curah hujan tinggi," terangnya.
Berdasarkan data Badan Geologi, sebaran permukiman penduduk yang mengalami guncangan gempa sebagian besar terletak di kawasan rawan bencana (KRB) gempa menengah hingga tinggi.
Kejadian gempa ini tidak menyebabkan tsunami meskipun pusat gempa terletak di laut. Pangkalnya, gempa tak mengakibatkan terjadinya deformasi dasar laut yang memicu tsunami.
Di samping itu, data Badan Geologi mencatat, pantai di utara dan timur Karangasem tergolong rawan bencana tsunami dengan potensi tinggi di garis pantai lebih dari 2 meter.
"Kejadian gempa bumi ini diperkirakan tidak berpotensi mengakibatkan terjadinya bahaya ikutan (collateral hazard) berupa retakan tanah, penurunan tanah, gerakan tanah, dan likuefaksi," ungkap Badan Geologi.
Terkait peristiwa ini, Badan Geologi memberikan sejumlah rekomendasi. Di antaranya, mengimbau masyarakat tetap tenang dan waspada dengan kejadian gempa susulan.
Selain itu, diimbau mengikuti arahan dan informasi BPBD serta tak terpancing isu yang tidak bertanggung jawab tentang gempa dan tsunami. Kemudian, masyarakat yang rumahnya mengalami kerusakan agar mengungsi ke tempat yang lebih aman.
Rekomendasi berikutnya, agar bangunan di Karangasem dibangun menggunakan konstruksi bangunan tahan gempa bumi guna menghindari risiko kerusakan. Lalu, dilengkapi jalur dan tempat evakuasi.
Terakhir, merekomendasikan dilakukan peningkatan upaya mitigasi mengingat Karangasem tergolong rawan gempa bumi dan tsunami. Ini harus dilakukan melalui mitigasi struktural dan mitigasi nonstruktural.
Berdasarkan laporan BPBD Karangasem hingga Rabu (14/12), pukul 06.00 WIB, sebanyak 34 rumah warga mengalami kerusakan akibat gempa berkekuatan M5,2 ini.
"Sebaran kerusakan rumah warga teridentifikasi di beberapa kecamatan, antara lain Kecamatan Kubu, Manggis, Karangasem, Rendang dan Bebandem," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, dalam keterangan tertulis.
BPBD Karangasem juga melaporkan terdapat dua warga mengalami luka-luka akibat peristiwa ini. Salah satu korban terluka akibat terkena air panas karena panik saat gempa. "Kedua warga tersebut telah mendapatkan perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Karangasem," ujar Abdul.
Abdul menuturkan, petugas BPBD setempat hingga kini masih mendata dan memantau lokasi terdampak. Di sisi lain, gempa susulan pascakejadian termonitor sebanyak 21 kali dengan magnitudo terbesar 4,5.