close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Gories Mere saat masih menjabat sebagai Kepala BNN./ Antara Foto
icon caption
Gories Mere saat masih menjabat sebagai Kepala BNN./ Antara Foto
Nasional
Rabu, 29 Mei 2019 15:28

Gories Mere, pemegang peta kelompok radikal yang jadi target pembunuhan

Gories Mere menjadi salah satu nama yang menjadi target pembunuhan kelompok 22 Mei.
swipe

Nama Gories Mere menjadi salah satu dari empat nama yang disebut Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian, menjadi target pembunuhan dalam aksi 22 Mei. Tiga nama lain adalah Menko Polhukam Wiranto, Menko Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan, serta Kepala Badan Intelijan Negara (BIN) Budi Gunawan. 

Ketimbang tiga nama lain, nama Gories Mere memang kurang familiar. Lalu, kenapa dia turut menjadi sasaran pembunuhan?

Dihimpun dari berbagai sumber, Gories merupakan pensiunan polisi yang menyandang tiga bintang di pundak saat masih aktif di Polri. Jabatan terakhirnya adalah Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN).

Cukup banyak kasus narkoba yang terungkap di bawah kepemimpinan Gories. Kasus paling menonjol adalah saat dia menangkap Ratu Ekstasi Zarima yang membawa sekitar 30.000 butir ekstasi.

Setelah purnatugas pada 2012, pria kelahiran 17 November 1954 di Flores Timur, diangkat menjadi Staf Khusus Presiden Jokowi bidang Intelijen dan Keamanan pada Juli 2016. 

Keputusan Jokowi tampaknya didasari pertimbangan karier gemilang Gories pada bidang reserse dan intelijen, khususnya terorisme dan narkotika. Di bidang terorisme, Gories dikenal sebagai salah satu perintis pembentukan Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri. 

Saat Bom Bali I meledak pada 2002, Gories yang berpangkat Kombes ditunjuk sebagai ketua tim penyidik untuk memburu para pelaku. Lulusan Akabri 1976 ini berhasil melacak keberadaan otak pengeboman, Dr Azhari yang merupakan teroris asal Malaysia. 

Pengamat polisi, pertahanan, dan keamanan dari Universitas Padjajaran Muradi mengakui, peranan Gories Mere dalam pemerintahan Jokowi tidak terlalu kentara seperti tiga tokoh lainnya. Namun latar belakang kariernya diduga membuatnya memiliki banyak musuh dari kelompok radikal. Apalagi, polisi menemukan indikasi adanya kelompok radikal yang menunggangi aksi tersebut. 

“Peranan dan pemetaan yang baik terhadap kelompok radikal masih dimiliki Gories,” katanya kepada jurnalis Alinea.id, Rabu (29/5).

Muradi juga meyakini, Gories yang merupakan mantan Kepala Densus 88, memiliki peranan penting di balik pemerintahan Jokowi. Hal ini pula yang membuatnya menjadi bagian dari sasaran pembunuhan. 

Hal senada diungkapkan pengamat militer dan pertahanan Connie Rahakundini Bakrie. Menurutnya, seperti Wiranto, Luhut, dan Budi Gunawan, Gories juga memegang posisi penting dalam pemerintahan Jokowi. 

"Itu alasan mengapa mereka ditarget, karena dianggap orang-orang kuatnya presiden," kata Connie.

img
Ayu mumpuni
Reporter
img
Gema Trisna Yudha
Reporter
img
Gema Trisna Yudha
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan