Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X menyampaikan permohonan maaf kepada warga Katolik maupun korban atas peristiwa penyerangan di Gereja Santa Lidwina Bedog, Kabupaten Sleman. Tindak kekerasan itu dinilainya tidak mencerminkan karakter asli warga Yogyakarta.
“Khususnya bagi warga masyarakat Katolik maupun korban, saya mohon maaf. Biarpun kami sudah koordinasi dengan aparat keamanan, tetapi peristiwa itu tetap terjadi," kata dia seperti dilansir Antara.
Selama ini karakter asli warga Yogyakarta dikenal dengan semangat kerja sama dan gotong royong antarsesama warga. Hal itu telah menjadi budaya yang terus dirawat di Kota Gudeg itu.
Terkait dengan itu, pemerintah daerah hingga jajaran perangkat di kelurahan, harus mampu mendeteksi dan mencegah kemungkinan munculnya peristiwa kekerasan atau tindakan intoleransi lainnya di daerah masing-masing.
Apalagi sebenarnya toleransi antarumat beragama tidak bisa dilakukan secara parsial, melainkan memerlukan kesadaran bersama. Melalui kesadaran itu, semestinya semua pihak bisa saling menjaga satu sama lain.
Kewaspadaan aparat keamananpun seharusnya bisa ditingkatkan. Jika itu dilakukan, peristiwa penyerangan di Gereja Santa Lidwina Bedog, Kabupaten Sleman, yang terjadi ketika umat Katolik sedang menjalankan ibadah misa pada Minggu (11/2) pagi, seharusnya bisa dicegah.
Sultan juga meminta kepada aparat keamanan untuk memperketat penjagaan seluruh tempat ibadah. Tentunya tidak hanya saat memperingati hari-hari besar keagamaan. "Entah itu masjid, gereja, atau pura tidak hanya pada saat hari besar keagamaan, tetapi dalam kewajiban ibadah seperti misa pada Minggu tadi pagi aparat juga harus hadir," kata Sultan seusai menjenguk korban penyerangan Gereja Santa Lidwina di Rumah Sakit Panti Rapih, Yogyakarta, Minggu.
Seperti diberitakan seorang pemuda mengamuk membawa senjata tajam di Gereja Santa Lidwina Bedok, Jalan Jambon, Kabupaten Sleman, Minggu, sekitar pukul 07.45 WIB. Pelaku yang diketahui bernama Suyono, warga Banyuwangi, Jawa Timur, mengamuk dan melukai empat orang termasuk seorang pastor.