Briptu Heidar ditemukan tewas setelah disandera pada Senin (12/8) oleh kelompok bersenjata di Papua. Ia merupakan anggota satuan Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Papua.
Heidar terbilang cukup berprestasi di bidang akademis. Ia menguasai bahasa Jerman dalam level yang sangat aktif.
Pada 2014, pria berusia 24 tahun itu mengikuti pendidikan pembentukan (Diktuk) brigadir penugasan umum (Gasum) di Sekolah Polisi Negara (SPN) Jayapura, dan lulus dalam waktu tujuh bulan. Penempatan tugas di Polda Papua sudah dijalaninya sejak Januari 2015.
"Di Papua, dia pernah menjadi anggota tim kerja operasional satuan tugas terpadu Tembagapura selama sembilan bulan," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo di Jakarta, Selasa (13/8).
Setelah menjalankan tugasnya di Satgas Tembagapura, Heidar masuk dalam tim satgas pengejaran kelompok bersenjata di Kabupaten Puncak Jaya, Distrik Sinak. Heidar menjalani penugasan ini selama enam bulan.
Namun penugasan putra Barru, Sulawesi Selatan ini menjadi yang terakhir baginya. Sebelum mengembuskan napas terakhir setelah ditembak di bagian kepala belakang pada Senin (12/8), Heidar disandera sekitar pukul 11.00 WITA.
Dedi menerangkan, penyanderaan terjadi saat Heidar melakukan tugas bersama rekannya, Bripka Alfonso Wakum, di Kampung Usir, Kabupaten Puncak. Motor yang dikendarai kedua polisi tersebut berhenti saat seorang teman Briptu Heidar memanggilnya.
“Saat Briptu Heidar menghampiri temannya, sekelompok orang datang dan membawa dia pergi,” ucap Dedi.
Sekelompok orang yang kemudian diketahui bagian dari kelompok kriminal separatis bersenjata, kemudian menyandera Heidar. Setelah itu, Bripka Alfonso melaporkan peristiwa tersebut ke Pos Polisi di Kago, Kabupaten Puncak.
Setelah menerima laporan, aparat kepolisian melakukan koordinasi dengan aparat TNI untuk melakukan pendekatan terhadap para tokoh masyarakat Puncak. Proses negosiasi terjadi untuk membebaskan sosok polisi kelahiran 17 Juli 1995 itu.
"Selama ini anggota kami melaksanakan tugas di daerah tersebut tidak memiliki catatan buruk, tetapi selalu aktif berkomunikasi dengan warga setempat," kata Dedi.
Saat penyanderaan, Heidar sempat berupaya melarikan diri. Namun anggota kelompok kriminal separatis bersenjata langsung membidikkan senjata ke kepala Heidar dan mengenai bagian kepala belakang Heidar.
“Ditembak di bagian kepala belakang dan langsung meninggal di tempat,” ujar Dedi.
Atas jasanya, Heidar mendapat kenaikan pangkat luar biasa menjadi Brigadir Polisi Anumerta. Jasadnya saat ini telah dievakuasi ke Timika.
Dari Timika, jasad Heidar akan dibawa ke Makassar untuk dimakamkan di kampung halamannya di Barru.